Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kepala Disdik Batam Minta Maaf Atas Tindakan Kepala SMPN 11 Batam yang Usir Pewarta
Oleh : Gabriel Posenti Sara
Jum'at | 31-07-2015 | 12:45 WIB
muslim_bidin_-_action_(2).jpg Honda-Batam
Muslim Bidin, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam. (Foto: dok/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin, meminta maaf atas tindakan Kepala SMP Negeri 11 Batam yang sempat mengusir dan berkata kasar kepada pewarta yang hendak mengkonfirmasi perihal aktivitas penerimaan siswa baru yang masih berlangsung di sekolah itu. Muslim menduga, emosi kepala sekolah tidak stabil karena kemungkinan dalam kondisi panik.

"Saya atas nama Dinas Pendidikan mohon maaf atas sikap yang tidak menyenangkan dari Kepala SMP Negeri 11 Batam (Poniman, red)  kepada rekan-rekan wartawan kemarin. Sekali lagi saya mohon maaf, ya," mohon Muslim kepada pewarta ang dihubungi melalui telepon, Jumat (31/7/2015).

Menurut Muslim, kejadian yang tidak mengenakan bagi beberapa pewarta lokal Batam itu kemungkinan akibat kepala sekolah sedang dalam kondisi panik mengahadapi puluhan wali murid yang mendesak agar anak-anak mareka diterima di sekolah tersebut.

"Sebenarnya masyarakat atau wali murid itu harus mengerti dan sadar. Kuota di sekolah negeri itu sudah penuh," kata Muslim.

Muslim menambahkan, sekolah-sekolah lain ada yang kuotanya belum penuh. Namun, kemauan anak-anak yang membuat wali murid itu harus mendesak pihak sekolah. "Mereka (wali murid) ngotot ingin menyekolahkan anak mareka di sekolah itu. Jadi, kepala sekolah ini serba salah dan susah. Saya yakin kemarin itu kepala sekolahnya panik. Dia benar-benar panik menghadapi hal itu. Sulit, lho, menghadapi wali murid itu," kata Muslim.

"Anaknya yang kita alihkan ke sekolah lain. Tapi mareka maunya di SMP Negeri 11 itu. Padahal, di sekolah lain itu belum full dan masih ada yang kosong. Ya, jadinya seperti ini, kepala sekolah yang panik sendiri menghadapi itu semua," imbuhnya.

Dia meyakini, jumlah siswa yang tembus hingga 400 orang lebih itu akan mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. "Seharusnya wali murid paham. Kalau siswa membludak seperti ini, ototmatis proses belajar mengajar akan terganggu. Seharusnya kan satu ruangan itu terisi 35 siswa. Tapi, kalau seperti ini ya menjadi 45 bahkan sampai 50 siswa. Dan kemampuan guru juga terbatas serta daya tangkap siswa pun juga terbatas," jelasnya lagi.

Muslim menilai, pengertian dari wali murid itu sangat penting. Jika dipaksakan diterima, maka dampaknya pada anak-anak itu sendiri. "Kami minta pengertian dari orang tua. Kalau anaknya tidak mampu untuk masuk ke sana, tolong jangan dipaksakan. Karena nantinya berdampak pada proses belajar mengajar. Itu yang sangat kita harapkan," harapnya.

Disinggung mengenai titipan dari anggota dewan, Muslim tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Namun, yang jelasnya masyarakat. "Saya tidak menyalahkan siapa-siapa dalam hal ini. Yang jelas itu masyarakat. Dan saya harap, masyarakat harus paham. Kalau anaknya nggak bisa masuk situ, ya ditarik masuk ke sekolah lain. Jangan dipaksakan," pungkasnya. (*)

Editor: Roelan