Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tumbuh Pesat, Pengiklan di Indonesia Banyak Beralih ke Platform Online
Oleh : Redaksi
Selasa | 16-06-2015 | 15:26 WIB
ilustrasi ikan online.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM - PERTUMBUHAN pesat belanja iklan digital di Indonesia membawa keuntungan tersendiri bagi pengiklan dan perusahaan telekomunikasi. Seiring dengan meningkatnya penetrasi Internet, pengiklan pun kian mengalihkan upaya pemasarannya ke platform online, kata analis industri.

Bahkan menurut sebuah studi baru-baru ini, permintaan untuk iklan digital di Indonesia akan terus meroket sampai beberapa tahun ke depan.

Bertambahnya kelas menengah di Indonesia turut meningkatkan akses ke peranti-peranti yang memungkinkan pengguna melihat konten online. Layar ponsel pintar dan tablet yang lebih besar juga menjadikan peranti mobile "alat populer bagi konsumen untuk mengakses konten," kata Susan Salop, wakil presiden TubeMogul di Asia, pembuat software untuk iklan video digital asal California.

"Indonesia berada dalam posisi unik: pertumbuhan populasi terjadi berbarengan dengan perkembangan teknologi yang tidak tertandingi," imbuh Salop.

Banyak brand kini memilih langsung beriklan digital tanpa mengeluarkan banyak uang untuk pemasaran tradisional, seperti billboard dan iklan televisi. Pasar e-commerce yang tengah naik daun juga turut mengangkat valuasi sektor iklan digital di Indonesia, kata pengamat.

Dalam dua tahun terakhir, perusahaan e-commerce "mengalokasikan anggarannya dalam jumlah besar untuk iklan," kata Italo Gani, CEO perusahaan rintisan periklanan Adskom, yang membantu pengembang situs lokal membuat iklan banner dengan target lebih baik.

Investasi yang lebih besar ke dalam perusahaan e-commerce, seperti Tokopedia, juga memungkinkan mereka mengalokasikan lebih banyak uang untuk pemasaran dan beriklan di Internet, kata Italo.

Belanja digital di Indonesia tahun ini diprediksi mencapai lebih dari $800 juta atau Rp10,66 triliun, naik 80 persen dari $460 juta tahun lalu, menurut pelacak data eMarketer pada April. Dari jumlah tersebut, $130 juta dialokasikan untuk belanja iklan mobile, melejit 200 persen dari $4 juta tahun lalu, kata eMarketer.

Belanja iklan digital dan mobile di Tanah Air bahkan diprediksi tumbuh lebih pesat dari 22 negara yang disurvei eMarketer, termasuk Argentina, Perancis, dan Brasil.

Pertumbuhan akan terus tumbuh stabil sampai setidaknya 2019. Saat itu, total pasar iklan di Indonesia—termasuk iklan pada media tradisional—diprediksi meroket ke $19,58 miliar. Belanja iklan digital dan mobile diprediksi menyumbang sekitar $7,6 miliar.

Analis industri mengatakan kampanye digital akan lebih efektif jika ditargetkan untuk platform mobile ketimbang desktop, mengingat sebagian besar warga Indonesia online lewat ponselnya. Perusahaan telekomunikasi dengan sigap mengambil manfaat dari potensi ini.

Operator jaringan seluler PT Indosat Tbk baru-baru ini meluncurkan tempat jual-beli iklan mobile bernama Indonesia Mobile Exchange (IMX). Dengan IMX, brand akan terhubung dengan operator situs guna membuat iklan mobile yang lebih tertarget, berkat data seperti lokasi real-time pelanggan jaringan.

PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) dan PT XL Axiata Tbk juga menyediakan informasi pelanggannya seperti usia, gender, dan jenis ponsel bagi pembuat iklan mobile agar iklannya dilihat demografi yang diinginkan.

Promosi media sosial juga efektif di Indonesia, pasar besar bagi raksasa seperti Facebook dan Twitter. Facebook Inc telah meluncurkan program bernama Creative Accelerator untuk membantu brand di negara-negara seperti India, Indonesia, dan Afrika Selatan beriklan di situsnya.

Iklan video diprediksi menjadi penyumbang terbesar belanja iklan di semua media digital, kata analis.

Menurut survei terbaru TubeMogul, tahun lalu pembelian iklan video di Indonesia tumbuh lebih dari 600 persen, terpesat di Asia Tenggara. Survei itu mencakup Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

"Meski iklan TV masih menjadi yang terbesar dari total belanja iklan saat ini, konsumen kian banyak menonton konten video pada peranti digital," kata Salop.

Namun, koneksi internet yang sangat lamban di sebagian besar wilayah Indonesia menjadikan iklan video—yang banyak memakan bandwidth—lama dibuka, tambahnya.

Analis juga mengatakan beberapa pengiklan di Indonesia cemas iklan mereka mengganggu orang dan diabaikan. Dalam beberapa kasus, iklan digital juga salah diasumsikan dan dianggap tidak sensitif atau menghina. (*)

Sumber: WSJ