Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Disangka Terlibat Perdagangan Manusia, Belasan Polisi Malaysia Ditahan
Oleh : Redaksi
Kamis | 28-05-2015 | 12:46 WIB
kuburan massal malaysia - thailand.jpg Honda-Batam
Penduduk desa mengubur peti mati yang berisi sisa-sisa diduga migran Rohingya di pemakaman muslim di provinsi Songkhla,Thailand, pada Minggu setelah digali kuburan massal di sebuah kamp di hutan. (Foto: EROPA Pressphoto AGENCY, REUTERS)

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Pemerintah Malaysia sedang menyelidiki 12 anggota polisi yang disangka terlibat dalam kamp perdagangan manusia yang ditemukan bagian utara negara itu. Empat dari mereka sudah ditahan dalam berbagai penyelidikan sejak awal tahun lalu, kata Wakil Menteri Dalam Negeri Wan Junaidi Tuanku Jaafar.

Delapan orang polisi lainnya ditahan oleh Badan Anti Rasuah Malaysia atas tuduhan terlibat perdagangan manusia, tambahnya. "Kami masih harus melihat apakah ada hubungan dengan kamp-kamp itu. Karena mereka ditahan di wilayah utara, kami duga ada keterlibatan dengan itu," katanya.

Sebelumnya, pihak berwenang menemukan 139 kuburan dan 28 kamp di perbatasan Malaysia dengan Thailand. (Baca: Kuburan Massal dan Kamp Penyelundupan Manusia Ditemukan di Perbatasan Malaysia-Thailand).

Rute itu digunakan oleh pedagang manusia untuk membawa migran dari Myanmar dan Bangladesh masuk ke Malaysia. Para migran itu umumnya orang muslim etnik Rohingnya yang melarikan diri dari pembantaian di Myanmar, yang juga dikenal dengan nama Burma, atau migran ekonomi dari Bangladesh.

Pada Selasa (26/5/2015) kemarin, pejabat mulai menggali kuburan-kuburan itu, yang ditemukan di hutan di wilayah Perlis, untuk mengkonfirmasi berapa jumlah dan identitas jasad yang ditemukan.
Kepolisian Thailand menemukan kamp-kamp mirip serupa di wilayahnya pada bulan Mei.

Penemuan kamp-kamp itu di Thailand membuat pihak berwenang melakukan tindakan keras terhadap bisnis perdagangan manusia. Akibatnya, jaringan penyelundup meninggalkan kargo manusia di kapal-kapal di perairan Thailand.

Kapal-kapal itu, dipenuhi ratusan migran kelaparan, mulai masuk ke pesisir Malaysia dan Indonesia.
Setelah dihadapi dengan tekanan internasional, kedua negara itu sepakat menyediakan tempat penampungan sementara bagi para migran dengan syarat mereka akan ditampung oleh negara-negara lain dalam waktu satu tahun. (*)

Sumber: BBC