Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tak Mampu Bimbing PR Anak, Orang Tua di Singapura Wajib 'Sekolah' Lagi
Oleh : Redaksi
Kamis | 21-05-2015 | 09:03 WIB
orang_tua_di_singapura_sekolah_lagi.jpg Honda-Batam
Para orang tua Singapura menghadiri sesi les matematika agar bisa membimbing anak-anak mereka saat mengerjakan PR. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM - PADA suatu Minggu pagi, sekelompok murid di Singapura sedang giat memecahkan soal-soal matematika sebagai persiapan menghadapi ujian sekolah dasar.

"Seorang peternak memiliki 5.421 sapi dan kambing. Bila tiga perempat total sapi dan 60 persen total kambing terjual, maka jumlah sapi dan kambing akan menjadi seimbang," baca sang guru.
"Berapa ekor sapi dan kambing yang berada di peternakan itu?"

Selusin murid itu langsung sibuk mengguratkan pena di kertas, berupaya memecahkan soal yang baru saja diberikan. Namun mereka bukanlah pelajar sekolah dasar. Mereka adalah orang tua yang memiliki anak usia murid sekolah dasar.

Banyak orang tua di Singapura merasa kesusahan membimbing anak-anak mereka dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan mempersiapkan ujian-ujian di sekolah-sekolah swasta yang sangat menuntut dan kompetitif. Untuk membantu anak-anak mereka, beberapa orang tua diharuskan kembali ke sekolah dengan menghadiri workshop pelatihan yang diselenggarakan oleh sekolah dan bahkan mendatangi les privat.

Para pengajar mengatakan sesi belajar ini bukan untuk orang tua yang merasa bodoh dalam matematika atau bahasa Inggris.

Nur Hidayah Ismail mengaku banyak orang tua memintanya untuk memberikan bimbingan belajar.

"Intinya, hanya untuk mengerti apa yang dilakukan murid-murid sekolah dan bagaimana cara memecahkan persoalan rumit dengan metode yang diajarkan pada mereka," kata Nur Hidayah Ismail, ketua bimbingan belajar Genius Young Minds.

Perempuan yang pernah berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah swasta itu mengaku banyak orang tua datang untuk meminta dia memberikan bimbingan belajar kepada mereka.

"Saya melihat adanya kebutuhan itu karena para orang tua tidak tahu bagaimana cara membantu anak-anak mereka di rumah. Saya merasa harus membantu karena orang tua tidak terlalu paham dengan pelajaran sekarang," katanya.

Pusat les privatnya – satu dari banyak pusat bimbel di Singapura – terbuka bagi orang tua murid.
Mereka dapat mendaftar untuk sesi belajar selama empat hari seharga S$500 atau sekitar Rp4,9 juta yang juga mencakup empat sesi les matematika bagi anak-anak mereka.

Para orang tua dipisahkan dalam beberapa grup sesuai dengan kemampuan matematika mereka.
Beberapa di antara mereka diharuskan mengikuti pemahaman dasar, karena metode pengajaran pun telah berubah drastis sejak jaman mereka duduk di bangku sekolah.

Negara berpopulasi sebanyak 5,5 juta orang itu menduduki posisi pertama di dunia dalam bidang matematika dan sains, menurut laporan OECD terbaru.

Salah satu soal yang diberikan untuk orang tua murid dalam bimbingan belajar. Keunggulan mereka dalam bidang akademik merupakan kebanggaan negara – namun juga sumber kekhawatiran.

Banyak orang tua merasa butuh mengeluarkan banyak uang untuk memberikan les privat bagi anak-anak mereka.

Sebuah survei yang dilakukan pemerintah Singapura menunjukkan bahwa keluarga-keluarga di sana total mengeluarkan S$ 1,1 miliar atau Rp10,8 triliun per tahun untuk bimbingan belajar. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat pengeluaran untuk pos yang sama 10 tahun lalu.

Banyak orang tua berbondong-bondong mendatangi sekolah-sekolah swasta untuk menghadiri refresher courses untuk menyegarkan ingatan mereka mengenai pelajaran sekolah. Namun pusat-pusat les privat – bahkan yang mahal sekalipun – tetap lebih dipilih karena menyediakan kelas lebih sering dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing orang tua.

Dengan tuntutan akademis yang sangat tinggi, para orang tua di Singapura sangat kompetitif dan menetapkan tujuan yang sangat tinggi bagi anak-anak mereka.

Namun Anita Saleh, yang mendaftarkan diri untuk kelas khusus orang tua, berterima kasih pada les privat yang membantunya menjadi lebih realistis. Soal-soal yang diberikan ternyata jauh lebih sulit dari perkiraannya dan dia menyadari tekanan yang dihadapi putrinya yang berusia 11 tahun selama persiapan untuk ujian akhir sekolah dasar.

"Ini di luar ekspektasi saya," kata Saleh. "Ini benar-benar sulit karena saya sendiri hanya bersekolah sampai ujian O-Level dan sekarang putri saya baru akan menghadapi ujian sekolah dasar (SD kelas 6) dan saya saja tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini."

Putri Saleh, Adawiyah Shamsudin, mengatakan sering membawa pekerjaan rumah yang membuatnya stres dan susah dikerjakan.

Anita Saleh kini bisa bersikap realistis setelah mengetahui soal-soal yang harus dikerjakan putrinya di sekolah. Sebelum orang tuanya mengikuti kursus ini, katanya, mereka selalu bertanya-tanya mengenai nilai yang dicapainya.

"Namun sekarang mereka mengerti murid-murid lainnya juga kesusahan meningkatkan nilai mereka, khususnya bila nilai awalnya sangat jelek," kata Adawiyah.

Apapun yang dikatakan orang-orang mengenai beban pekerjaan sekolah dan tuntutan tinggi di Singapura, Adawiyah dan murid-murid lainnya merasakan efek positif dari kursus khusus orang tua ini.

"Sejak mereka ikut les privat saya bisa melihat kemajuan. Sebelum ini saya selalu meminta bantuan kakak-kakak saya, namun sekarang mereka (orang tua saya) makin pintar dan berusaha keras membantu dalam pelajaran dan juga pekerjaan rumah," katanya.

Kembali ke ruangan kelas pada Minggu pagi, para orang tua kewalahan setelah seharian penuh menghadapi persoalan dan masalah rumit.

Mereka sedang menghadapi ujian. Namun mereka berharap waktu dan uang yang dikeluarkan akan sepadan bila dapat memberikan mereka kemampuan untuk membantu anak-anak mereka menghadapi pekerjaan rumah dan ujian.

Dan bagaimana dengan peternakan dengan kambing dan sapi-sapinya itu? Jawabannya: Terdapat 3.336 sapi dan 2.085 kambing. (*)

Sumber: BBC