Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dinilai Tanpa Pemberitahuan dan Sosialisasi

Ratusan Warga Tolak Pembersihan Lahan Kosong di Kawasan Dam Baloi
Oleh : Romi Chandra
Selasa | 28-04-2015 | 16:27 WIB
warga_dam_baloi.jpg Honda-Batam
Ratusan warga berjaga di sekitar area dam Baloi menentang pembersihan lahan yang dianggap sebagai hutan lindung.

BATAMTODAY.COM, Batam - Aktivitas penertiban dan pembersihan lahan kosong yang berada di kawasan dam Baloi, samping Edukits hingga Simpang Jam ditentang ratusan warga yang bermukim di sana.

Pasalnya, penertiban dan pembersihan lokasi yang sebelumnya menjadi kawasan hutan lindung dan kini diketahui menjadi milik salah satu perusahaan itu tanpa ada pemberitahuan dan sosialiasi terhadap warga yang berdiam di sana.

Aktivitas pembersihan lokasi dikawal oleh petugas Ditpam BP (Otorita) Batam  dan TNI AD tersebut sudah dimulai sejak Kamis (23/4/2015) kemarin dan berlangsung hingga hari ini, Senin (28/4/2015).

Kekecewaan semakin menjadi karena tidak ada kejelasan yang diberikan BP Batam saat ditanya warga untuk apa aktivitas pembersihan dan penertiban lokasi itu dilakukan. Ditambah lagi warga baru saja melakukan penghijauan di atas bukit kawasan itu, karena terjadi kebakaran pada bulan Maret lalu ikut ditebang.

Kericuhan pun nyaris terjadi, karena warga sudah siap sedia dengan senjata tajam berupa parang dan panah untuk menghalau para pekrja yang membersihkan lokasi masih terus dilakukan. Mereka meminta agar persalahan penertiban itu bisa dibicarakan baik-baik, bukan dengan cara langsung turun tanpa memberitahukan kepada warga.

Tak tanggung-tanggung, informasi yang didapat, penertiban lahan itu akan dilakukan seluas 20 hektare lebih, sehingga warga yang berdiam di RW 16 dengan 10 RT ikut digusur.

"Kami sangat kecewa dengan penertiban ini. Tidak ada sosialisasi sama sekali kepada warga. Kami saja kaget tiba-tiba aktivitas penertiban lahan langsung dilakukan sejak Kamis kemarin. Ditanya untuk apa penrtiban itu, kata mereka untuk membangun jalan dan hanya berjarak 200 meter dari jalan raya. Tapi ini penertibannya sampai ke atas bukit. Padahal kami baru saja melakukan penghijauan karena terbakar Maret lalu," kata Cecep, warga sekitar, Selasa.

Ia merasa, pembersihan itu juga diwarnai unsur kepentingan. Bahkan warga juga menyayangkan tempat mereka berdiam sejak 30 tahun lalu ikut digusur tanpa adanya pemberitahuan. Selain itu, warga juga merasa mereka dibentrokkan dengan pihak yang tidak seharusnya berwenang dalam hal itu.

"Lahan ini sudah puluhan tahun kami tempati. Kami sudah pernah mengusulkan pada BP Batam untuk membayar WTO, tapi tidak dikasih karena dijadikan hutan lindung. Tapi kok tiba-tiba menjadi lahan milik perusahaan? Buktinya, sekarang sudah ada plang PT yang dipasang di atas bukit," keluhnya.

Dengan tegas warga akan menolak jika pembersihan dan penggusuran terus dilakukan. Mereka menginginkan ada pertemuan untuk mencari solusi terkait masalah ini.

"Kata kasarnya saja, monyet yang ditangkap dikembalikan ke habitatnya. Nah kami manusia, tolong perlakukan secara manusia juga. Sekarang main gusur saja tanpa ada pemberitahuan dan jalan keluar yang terbaik. Kami tidak ingin dibentrokkan dengan pihak mana pun. Siapa yang merasa punya lahan ini, tolong temui warga untuk mencari jalan keluarnya. Jangan hanya menerjunkan perwakilan saja," jelasnya.

Sementara itu, Dwi Djoko Wiwoho, Direktur Humas dan PTSP BP Batam saat dikonfitmasi mengatakan, penertiban itu merupakan tindakan dari tim terpadu untuk menertibkan lokasi lahan yang disalahgunakan."Itu kan buffer zone, jadi mau ditertibkan radiusnya 200 meter dari jalan raya," ujar Djoko.

Penertiban tersebut juga akan dilakukan secara merata sampai ke depan Edukits, termasuk lahan yang sudah dibangun jadi pujasera. "Ruli juga akan ditertibkan, tapi bertahap. Kali ini ROW jalan dulu yang kami tertibkan," kata Djoko.

Hingga pukul 15.00 WIB, warga terlihat masih berjaga di lokasi tersebut untuk menghalau petugas pembersihan lokasi memulai aktivitas kembali

Editor: Dodo