Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lima Miliar Orang Tidak Bisa Akses Operasi Bedah
Oleh : Redaksi
Senin | 27-04-2015 | 11:32 WIB
operasi...jpg Honda-Batam
Ilustrasi operasi bedah.

BATAMTODAY.COM - Dua-pertiga dari seluruh populasi dunia tidak bisa mendapatkan operasi bedah yang aman dan terjangkau, menurut kajian terbaru yang dilansir jurnal medis The Lancet.

Kajian tersebut tidak hanya memperhitungkan keberadaan dokter spesialis bedah di sejumlah daerah di dunia, tapi juga meninjau apakah suatu kelompok masyarakat dapat mencapai pusat medis yang memiliki fasilitas bedah dalam dua jam, apakah prosedur bedah yang dilakukan aman, dan apakah pasien bisa membayar perawatan tersebut.

Salah satu peneliti, yaitu Andy Leather, mengatakan jutaan orang di dunia sekarat karena menderita usus buntu dan proses kelahiran. Salah satu contoh terparah ialah kawasan sub-Sahara di Afrika.

Di sana, sedikitnya 93% masyarakat tidak punya akses ke perawatan bedah.
Leather yang juga menjabat direktur Pusat Kesehatan Global di King’s College, London, menyebut situasinya sangat parah.

"Orang-orang sekarat dan mengalami kecacatan yang seharusnya bisa dihindari jika mereka mendapat perawatan bedah yang baik. Lalu, semakin banyak orang yang terjerumus ke dalam kemiskinan karena mereka mencoba mengakses perawatan bedah," kata Leather.

Seruan berinvestasi
Kajian yang dilansir jurnal ilmiah The Lancet itu dilakukan sebanyak 25 peneliti. Mereka menghabiskan satu setengah tahun mengumpulkan bukti-bukti dan kesaksian dari pekerja medis dan pasien dari lebih 100 negara.

Dalam kajian tersebut, mereka menemukan bahwa sepertiga dari seluruh kematian pada 2010 (yang mencapai 16,9 miliar kasus) merupakan jenis penyakit yang bisa disembuhkan dengan operasi bedah. Jumlah itu melampaui gabungan kematian akibat HIV-AIDS, tuberkolosis, dan malaria.

Berbekal kajian tersebut, mereka kini menyeru kepada semua khalayak dunia untuk berinvestasi pada kesehatan, terutama perawatan bedah. Dana yang diperlukan, menurut mereka, mencapai US$420 miliar.

Jika investasi tidak dilakukan dari sekarang, para peneliti itu mengatakan dunia menghadapi risiko kesehatan yang menyebabkan kerugian lebih dari US$12 triliun hingga 2030 mendatang.

Sumber: BBC