Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Teknologi Pemindaian Mata Bisa Deteksi Demensia 20 Tahun Sebelum Gejala
Oleh : Redaksi
Kamis | 16-04-2015 | 15:47 WIB
pemindaian_mata.jpg Honda-Batam
Foto: ABC

BATAMTODAY.COM - DALAM sebuah konferensi di Perth, Australia, terungkap, teknologi pencitraan mata bisa digunakan untuk mendeteksi demensia pada pasien dengan rentang waktu 20 tahun sebelum gejala penyakit ini menunjukkan diri. Para peneliti demensia mengatakan, dengan perkembangan baru dalam teknologi pencitraan mata, mereka dapat memantau perubahan mata yang mungkin mencerminkan perubahan yang terjadi pada otak dengan gejala demensia.

Dr Mojtaba Golzan, peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Macquarie, mengatakan, ide itu datang dari melihat penyakit tersebut dengan menggunakan pemindai retina. "Kami telah merekrut pasien dengan gejala penyakit Alzheimer’s ringan hingga sedang dan kami memindai mata mereka untuk mencari tahu adanya gejala," jelasnya.

Ia mengungkapkan, "Ketika kami merangsangnya, sel-selnya menjadi aktif dan mereka menuntut lebih banyak darah, pada dasarnya, dari otak, dan otak merespon dengan mengirimkan lebih banyak darah ke mata."

"Dan apa yang kami lihat pada pasien ini adalah bahwa respon otak untuk permintaan darah dari mata jauh lebih rendah dibandingkan dengan kontrol pada usia dan efek yang sama," terangnya.

Konferensi ini juga mengungkap bahwa para peneliti AS telah mengembangkan perangkat lunak analisis citra yang unik, yang dapat membuat korelasi antara ketebalan lapisan mata dan kemungkinan seseorang untuk mengembangkan penyakit Alzheimer.

Presiden lembaga Alzheimer Australia, Graeme Samuel, mengatakan, sementara dalam tahap awal, teknologi ini sungguh menjanjikan. "Penelitian yang saat ini sedang berlangsung di seluruh dunia dirancang untuk mencoba dan mendeteksi potensi penyakit Alzheimer’s bertahun-tahun, sebelum akhirnya terungkap," jelasnya.

Ia mengemukakan, "Dan jika kami bisa mendeteksi penyakit ini pada tahap awal, maka itu adalah langkah pertama menuju penemuan cara untuk mencegah atau menunda timbulnya penyakit tersebut."

"Karena setelah itu ada dan telah merusak otak dan sel-sel otak kita, maka kondisinya sangat, sangat sulit-jika tidak mungkin seperti yang ditunjukkan penelitian saat ini- untuk menemukan cara untuk benar-benar memperbaiki sel-sel otak yang rusak," sambungnya. (*)

Sumber: ABC