Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

REI Tuntut Pengembang Profesional dan Memiliki Kompetensi
Oleh : Roni Ginting
Kamis | 16-04-2015 | 12:30 WIB
wagub-rei.jpg Honda-Batam
Wagub Soerya Respationo saat membuka rapat kerja DPD Real Estate Indonesia (REI) di Planet Holiday.

BATAMTODAY.COM, Batam - Secara geografis, geopolitik maupun geoekonomi, Indonesia merupakan Negara yang sangat strategis. Dengan latar belakang tersebut, sudah seharusnya Kepri dapat memainkan peran strategis di kawasan ini.

Bagi Provinsi Kepri khususnya Batam, kehadiran Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Desember mendatang sesungguhnya akan memberikan dampak yang lebih positif, bagi pertumbuhan ekonomi.

Namun demikian, Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo kembali mengingatkan agar perkembangan wilayah, khususnya kemajuan ekonomi harus dapat diimbangi dengan kemajuan sosial dan budaya masyarakatnya.

“Sebab jika hanya pertumbuhan ekonomi semata yang di kejar, lambat laun gejolak sosial akan muncul ke permukaan dan seringkali ongkosnya lebih mahal,” kata Soerya saat membuka rapat kerja DPD Real Estate Indonesia (REI) di Planet Holiday, Rabu (15/4/2015).

Untuk itu, dalam menghadapi MEA, Soerya meminta agar masyarakat tidak boleh melupakan kearifan lokal bangsa Indonesia yang menjadi prinsip-prinsip dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kita boleh saja memasuki era masyarakat ekonomi Asean yang seringkali mengagung-agungkan pasar dan modal. Padahal, jika tidak dijalankan dengan baik, maka dipastikan tidak dapat menciptakan keseimbangan moral," katanya lagi.

Ditempat yang sama, Ketua DPD Khusus Batam Djaja Roeslim sepakat dengan Soerya tentang peluang Batam dalam menghadapi MEA.

"Letak kota Batam yang sangat strategis dan berdekatan dengan negara tetangga adalah takdir Batam. Namun, kita juga dituntut dengan kesiapan kita," kata Djaja.

Kesiapan itu, sambungnya lagi antara lain memperbaiki beberapa permasalahan yang saat ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan swasta.

"Sebagai pengembang, kita juga akan bersaing dengan pengembang dari negara asing. Maka dari itu, REI akan menuntut setiap pengembang profesional dan memiliki kompetensi," kata Djaja.

Tak hanya kompetensi, infrastruktur serta regulasi yang ada di Indonesia harus lebih cepat lagi. Misalnya adalah kepastian hukum tentang lahan. Juga yang tak kalah pentingnya adalah masih banyaknya rumah liar (ruli) yang tentunya mengganggu pengembangan kota yang bersih, nyaman dan damai.

Terakhir, Djaja meminta agar pengurusan perijinan serta retribusi rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dapat dibebaskan.

"Karena dari informasi yang kami dapat, retribusi dari MBR sebenarnya sangat kecil. Kami berharap untuk biaya retribusi tersebut dapat dibebaskan," harapnya.

Sementara itu, Ketua DPP REI Eddy Hussy mendorong pemerintah untuk menjadikan Provinsi Kepri sebagai daerah modern.

"Kami selaku pengembang mengharapkan Batam menjadi sebuah daerah modern. Sehingga nantinya, menjadi pilot project (contoh) pengembangan properti di kota-kota lain di Indonesia," katanya.

Untuk mencapai itu, setiap pengembang akan dites kompetensinya dalam pembangunan. Agar kedepannya, tidak ada lagi pengembang-pengembang nakal yang dapat merugikan masyarakat dan membangun tanpa standar.

Editor: Dodo