Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ekonom IMF Ramalkan Ekonomi Dunia Bakal Suram Hingga 2020
Oleh : Redaksi
Rabu | 15-04-2015 | 13:27 WIB
IMF-headquarters.jpg Honda-Batam
Foto: net

BATAMTODAY.COM - PEREKONOMIAN global hanya akan tumbuh tipis pada 2015, menyusul masih lemahnya produksi dari negara-negara berkembang serta lesunya ekspansi negara maju.

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), pelemahan di pasar berkembang memasuki tahun keenam. Faktor-faktor utama di baliknya adalah perlambatan di Cina, kontraksi tajam di Rusia, dan resesi di Brasil.

IMF menaksir perekonomian global akan tumbuh 3,5 persen tahun ini, naik 0,1 poin persen dari tingkat pertumbuhan tahun lalu, kata lembaga itu pada Selasa. Secara global, pertumbuhan saat ini tidak berbeda dengan angka rata-rata pada tiga dasawarsa belakangan. Namun, warisan krisis keuangan 2008 masih berlaku: tingkat pengangguran tinggi, beban utang besar, pertumbuhan stagnan.

"(Problem) warisan itu berlalu dengan lamban," ujar kepala ekonom IMF, Olivier Blanchard.

Para ekonom IMF memproyeksikan bahwa perekonomian dunia akan mengalami masa suram hingga 2020.

Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde, akan mendesak para petinggi keuangan dunia yang bertemu di Washington pekan ini untuk memanfaatkan semua perangkat kebijakan guna mendongkrak perekonomian dunia.

Desakan untuk menerapkan kebijakan uang longgar di Eropa dan Jepang kian besar, meski akibatnya dolar dan yuan bisa melemah, dan pada gilirannya pertumbuhan di Amerika Serikat (AS) dan Cina terhambat.

Dalam taksiran para ekonom IMF, efek jangka panjang depresiasi dua mata uang tersebut akan melambungkan PDB dunia sebesar setengah persen saat zona euro dan Jepang pulih.

Pelemahan proyeksi pertumbuhan global terjadi di tengah penurunan harga minyak dunia, yang semestinya mendongkrak pertumbuhan negara-negara pengimpor minyak seperti AS, Eropa, Cina, India, dan Jepang. Pasalnya, konsumen di negara-negara tersebut diharapkan belanja lebih besar dan menyokong pertumbuhan.

Namun, harapan akan situasi tersebut sirna. Negara-negara lain menanggapi kemerosotan harga minyak dengan menaikkan pajak atau memangkas subsidi bahan bakar.

Di banyak negara, pelemahan ekonomi mengemuka. Brasil, contohnya, diperkirakan mengalami kontraksi 1 persen tahun ini seiring pergulatan pemerintahnya untuk memperbaiki perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Cina diproyeksikan melambat hingga 6,8 persen tahun ini dan 6,3 persen pada 2016—di bawah target pemerintah.

IMF pun meramalkan perekonomian Rusia akan berkontraksi 3,8 persen pada 2015.

Gejolak politik Timur Tengah dan Afrika Utara pun menjadi ganjalan. IMF memangkas pertumbuhan di kawasan tersebut menjadi 2,7 persen tahun ini.

Dalam hal India, IMF memproyeksikan tingkat pertumbuhan negeri itu akan mencapai 7,5 persen, naik dari ramalan sebelumnya yang mencapai 6,3 persen. (*)

Sumber: WSJ