Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Deteksi Kanker Lambung dari Dengus Nafas
Oleh : Redaksi
Selasa | 14-04-2015 | 14:48 WIB
breathalyzer.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM - PEMERIKSAAN nafas yang sederhana bisa membantu memperkirakan apakah orang yang ada masalah pada ususnya memiliki risiko tinggi terkena kanker lambung. Demikian ditunjukkan sebuah studi awal.

Pemeriksaan itu akan mendeteksi senyawa kimia kecil pada nafas manusia, dalam upaya untuk membedakan "cetakan nafas" pada mereka yang mengalami perubahan pra-kanker yang berisiko. Para ahli mengatakan, jika kesimpulan ini terbukti dalam uji coba besar, pemeriksaan ini bisa melihat pasien yang berada di ambang kanker sehingga mereka dapat diobati lebih awal.

Tapi masih banyak yang harus dilakukan untuk memvalidasi tes, demikian papar jurnal Gut.

Kanker lambung menyerang sekitar 7.300 orang setiap tahun di Inggris. Tetapi di kebanyakan negara-negara Barat, diagnosis dilakukan terlambat ketika kesempatan untuk bertahan hidup sudah tipis. Hal ini terutama karena gejala-gejalanya--seperti gangguan pencernaan dan rasa sakit--bisa keliru disangka karena penyakit lain.

Para ilmuwan percaya bahwa deteksi dini dapat membantu meningkatkan prognosis.

Pemeriksaaan nafas "nanoarray" yang baru ini didasarkan pada upaya-upaya yang sudah dilakukan sebelumnya oleh para peneliti di Israel, Latvia dan Cina. Dasarnya adalah pandangan bahwa orang-orang pengidap kanker mungkin memiliki nafas yang yang unik -mengandung senyawa kimia yang tidak ditemukan dalam napas orang-orang yang bebas dari penyakit itu.

Para peneliti mempelajari sampel napas dari 145 pasien. Sekitar 30 di antaranya sudah diketahui menderita kanker perut.

Sisanya telah dirujuk untuk pemeriksaan lebih jauh karena gejala-gejala terbaik. Mereka tidak menderita kanker nyata - tetapi beberapa di antaranya menunjukkan perubahan mengkhawatirkan yang disebut dokter "pra-kanker" yang dapat berkembang menjadi kanker.

Para ilmuwan melakukan tes pada berbagai skenario yang berbeda. Hasilnya cukup baik dalam membedakan sampel kanker dari orang-orang yang tak mengdidap kanker.

Dan itu menunjukkan harapan dalam mengidentifikasi perubahan pra-kanker mengkhawatirkan yang berisiko tinggi untuk berkembang menjadi penyakit. Tapi sejauh ini tidak semua kasus memberikan hasil akurat - sejumlah pasien keliru didiagnosis memiliki berisiko tinggi.

Para ilmuwan mengatakan masih banyak yang harus dilakukan sebelum alat uji itu siap untuk digunakan dalam klinik.

Dr Emma Smith dari Cancer Research UK, mengatakan, "Diagnosa kanker pada tahap awal memungkinkan pasien untuk mendapat kesempatan terbaik memperoleh pengobatan yang berhasil, sehingga penelitian seperti ini potensial untuk membantu menyelamatkan nyawa."

"Tapi kita akan harus memastikan bahwa tes ini sensitif dan cukup akurat untuk digunakan secara lebih luas."

Penelitian yang melibatkan ribuan pasien Eropa sekarang sedang dilangsungkan. (*)

Sumber: BBC