Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menengok Tradisi Ceng Beng di Lingga
Oleh : Nur Jali
Senin | 30-03-2015 | 11:36 WIB

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Ceng Beng merupakan istilah dari warga Tionghoa untuk mengunjungi makam para leluhur mereka yang meninggal puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Ritual ini seakan menjadi wajib di setiap bulan ketiga Imlek.

Dengan adanya ritual ini, 5 April mendatang berbagai warga Tionghoa dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar negeri berdatangan ke Dabosingkep.

Salah satu warga Tionghoa, Simarito mengatakan tradisi ini merupakan pelengkap dari ritual bersih-bersih di bulan ketiga penanggalan Imlek tepatnya tanggal 9 nanti. Upacara ritual ini dapat dilakukan sepuluh hari sebelum tanggal 9 bulan ketiga Imlek, dan pada tahun ini di prediksi puncaknya sekitar tanggal 3 atau 5 April. 

Biasanya para warga Tionghoa yang datang ke pemakaman bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada para leluluhur mereka, sama dengan ziarah pada umumnya mereka berkunjung ke kuburan para leluhur mereka dengan membacakan doa-doa sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing.

"Sembahyang kubur dalam bahasa Mandarinnya Qing Ming, sedangkan bahasa Hokkiannya Ceng Beng. Ceng berarti bersih dan Beng berarti terang," kata Simarito, Senin (30/3/2015).

Dalam adat Tionghoa ini ada beberapa hal yang menarik dari ritual Ceng Beng, dalam setiap ritual tersebut mengandung makna tersendiri menurut keyakinan mereka.

Simarito mengatakan sebelum melakukan ritual sembahyang di kuburan para leluhur, mereka biasanya setiap orang Tionghoa membawa berbagai peralatan untuk sembahyang, seperti kertas sembahyang berwarna perak, putih, kuning, hio sembahyang (lidi atau dupa yang terbuat dari gaharu), kue jajanan, ayam rebus utuh satu ekor (yang sudah dipisahkan dari darahnya), apel, jeruk, cangkir teh yang kemudian diisi teh, dan lilin merah.

"Acara meletakkan kertas berwarna perak inilah yang disebut Ghin Chua, sementara upacara meletakkan kertas putih dan kuning ke Bongpai (batu nisan) merupakan ritual Tek Chua," ungkapnya.

Tradisi Ceng Beng sendiri ritualnya ada berbagai macam, tergantung dari marga mereka masing-masing namun pada dasarnya tujuan Ceng Beng sendiri sama yaitu memberikan penghormatan kepada para leluhur mereka. 

Di Dabosingkep sendiri ada beberapa tempat pemakaman tionghua diantaranya di Jalan Bandara, Desa Tanjung Harapan, Desa Batu Kacang, Bukit Dasam, dan di Singkep Barat. Pemakaman Tionghoa di Dabosingkep berdasarkan marga mereka masing-masing, sementara marga minoritas biasanya dikebumikan di Desa Batu Kacang.

"Kalau marga apa saja saya tidak begitu ingat, tapi intinya semua marga Tionghoa pasti melakukan sembahyang ini, cuma cara ritualnya itu tergantung dinasti mereka, ada yang pakai kertas burung-burung ada juga yang hanya menabur kertas di sekeliling makam dan ada yang membakar uang tiruan di sekeliling makam," ungkapnya.

"Kalau sekarang keluarga saya ada yang datang dari Singapura, Jerman dan Malaysia, ada juga dari Bandung, Jakarta dan Surabaya. Kalau dari Batam dan Tanjungpinang ini banyak sekali," kata Simarito menceritakan keluarganya yang berkumpul.

Editor: Dodo