Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Tiga Masalah yang Paling Banyak Dikeluhkan Warga Bintan Utara
Oleh : Harjo
Rabu | 18-03-2015 | 15:41 WIB
Andreas_Salim_Anggota_DPRD_Bintan_dari_Partia_Hanura.JPG Honda-Batam
Andreas Salim, anggota DPRD Bintan.

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Banjir, bantuan tak tepat sasaran dan minimnya tenaga guru agama nonmuslim, menjadi keluhan bagi sejumlah warga di Bintan Utara dan sekitarnya. Permasalahan itu mencuat saat reses anggota DPRD Kabupaten Bintan, Andreas Salim, awal Maret lalu.

"Banjir, bantuan tak tepat sasaran, hingga minimnya guru agama nonmuslim, masih dikeluhkan warga di Bintan Utara. Persentase keluhannya paling tinggi," kata Andreas Salim alias Ayong kepada BATAMTODAY.COM, Rabu (18/3/2015).

Dia menjelaskan, setiap melakukan pertemuan dengan masyarakat, selain masalah banjir yang menjadi menu utama, dibahas juga masalah banyaknya bantuan yang diduga masih kurang tepat sasaran.

"Untuk banjir di wilayah Bintan Utara memang tempat dan lokasinya tidak pernah berubah dan mengharapkan penanggulangan dari pemerintah. Sampai saat ini permasalahan tersebut selalu menjadi pemandangan saat hujan tiba," terangnya.

Selain itu, hampir seluruh bantuan dari pemerintah yang diserahkan kepada masyarakat banyak dikeluhkan. Karena ada yang sudah dua kali terima bantuan dan di sisi lain, yang memang benar-benar membutuhkan justru sulit mendapatkan bantuan. Hal tersebut terjadi salah satunya penerima RTLH di di Serikuala Lobam.

"Tujuan pemerintah memberikan bantuan bertujuan untuk memberikan modal dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun di sisi lain, justru bantuan tersebut belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Karena salah satu masalahnya justru ada data fiktif yang dibuat untuk menerima bantuan," terangnya.

Ayong mengharapkan, ke depan pemerintah melalui instansi terkait harus benar-benar selektif dalam memberikan bantuan dan harus melakukan kroscek ke lapangan sebelum memberikan bantuan. Jangan sampai justru anggaran hanya habis dan tidak memberikan manfaat, sesuai dengan yag diharapkan.

Sementara itu masih minimnya tenaga guru Kristen atau nonmuslim, juga banyak dikeluhkan. Saat ini pelajar-pelajar nonmuslim harus sekolah agama di luar jam sekolah dan dinilai banyak waktu terbuang.

"Orang tua berharap agar ada guru agama nonmuslim di sekolah umum sehingga saat belajar agama anak-anak nonmuslim tidak hanya menghabiskan waktunya untuk bermain. Kita berharap pihak sekolah, Dinas Pendidikan  dan Kemeterian Agama bisa memberikan perhatian terkait hal tersebut," harapanya. (*)

Editor: Roelan