Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Desa Pekajang di Lingga Masih Terisolir
Oleh : Nurjali
Selasa | 17-03-2015 | 16:16 WIB
abdul_sadar_kades_pekajang.jpg Honda-Batam
Abdul Sadar, Kepala Desa Pekajang. (Foto: Nurjali/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Daiklingga - Desa Pekajang di Kabupaten Lingga masih tetap terisolir dari akses telekomunikasi. Menara yang telah dibangun di kawasan itu masih tak berfungsi karena tidak ada operator telekomunikasi yang mau memanfaatkan.

Kepala Desa Pekajang, Abdul Sadar, mengatakan, kondisi seperti ini menyebabkan warganya kesulitan untuk berkomunikasi. Meskipun saat ini masyarakat memanfaatkan layanan telepon satelit, namun penggunaanya sangat terbatas, bahkan biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal.

"Telepon satelit itu biayabya satu menit Rp8.000. Jadi, kalau ada masyarakat yang akan menggunakannya harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi kalau menelepon anaknya yang sekolah di luar Lingga. Belum lagi satelitnya sering gangguan," ujar Sadar, Selasa (17/3/2015) di Daik.

Sadar mengaku tidak tahu mengenai sumber anggaran proyek pembangunan menara telekomunikasi tersebut, apakah dibangun melalui dana APBD atau APBN. Selama ini dirinya hanya diminta menyiapkan lahan untuk pembangunan menara oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Lingga yang saat itu dipimpin Muzammil.

Dia pun meminta agar menara telekomunikasi itu bisa diaktifkan agar dapat digunakan oleh masyarakat. "Yang kami tahu, itu tower bersama yang dibangun oleh pemerintah. Waktu itu saya cuma diminta menyiapkan administrasi lahan yang akan digunakan untuk tower mini BTS tersebut," ungkapnya.

Selain terisolir oleh komunikasi, masyarakat Desa Pekajang juga mengeluhkan minimnya transportasi yang menuju ke wilayah ini. Sudah hampir empat bulan ini kapal perintis yang biasanya melayani rute Pekajang - Dabosingkep dan Bangkabelitung tak lagi beroperasi sehingga saat ini masyarakat menggunakan pompong milik desa.

"Kalau ke Dabo kami membutuhkan waktu tujuh jam jika menggunakan pompong, dan ke Lingga kami membutuhkan 11 jam. Itu pun kalau ombak tak kuat. Kalau cuaca buruk, tak dapat kami ke mana-mana. Tapi kalau pakai kapal perintis, cuaca tidak terlalu berpengaruh," timpal Jupriono, Kepala BPD Pekajang.

Dia menuturkan, saat ini ada 139 kepala keluarga di Desa Pekajang. Sementara populasinya mencapai 513 jiwa.

Desa ini terletak di perbatasan antara Provinsi Kepri dengan Provinsi Bangka Belitung. Untuk menuju ke Bangka Belitung hanya membutuhkan waktu 3-4 jam jika menggunakan pompong. (*)

Editor: Roelan