Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

2014, Pertumbuhan Ekonomi di Kepri Menguat
Oleh : Ahmad Romadi
Sabtu | 14-03-2015 | 08:24 WIB
gusti_raiza_eka_putra_kepala_bi_kepri.jpg Honda-Batam
Gusti Raiza Eka Putra, Kepala Perwakilan BI Kepri.(Foto: dok/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Perekonomian Kepulauan Riau pada 2014 menguat dibanding periode sebelumnya. Penguatan pertumbuhan ekonomi 2014 tercatat sebesar 7,32 persen (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan 2013 sebesar 7,11 persen (yoy). Sedangkan pertumbuhan nasional 2014 sebesar 5,02 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Gusti Raizal Eka Putra, menjelaskan, andil terbesar pertumbuhan ekonomi disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. "Penguatan konsumsi rumah tangga didukung oleh sejumlah faktor antara lain daya beli masyarakat yang masih terjaga karena peningkatan penghasilan UMK dan perlambatan laju inflasi," kata Gusti, Jumat (13/3/2015).

Selain itu, penyelenggaraan sejumlah kegiatan nasional dan internasional di Kepri maupun Pemilu 2014 turut menopang konsumsi. Sedangkan investasi--meskipun mencatakan perlambatan--masih menyumbang andil yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan invesasi swasta tercemin dari prompt indicator impor barang modal yang mengalami peningkatan.

Sedangkan untuk inflansi Kepri juga mengalami peningkatan pada akhir tahun karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, inflasi Kepri 2014 sebesar 7,59 persen (yoy), lebih rendah dibanding nasional sebesar 8,36 persen (yoy) dan inflansi 2013 sebesar 8,24 persen (yoy).

Peningkatan laju inflasi tertahan oleh sumbangan inflasi bahan pangan yang relatif stabil dan rendah sepanjang tahun 2014. Kondisi tersebut tercemin dari sumbangan inflasi volatile food sebesar 1,19persen (yoy), terendah dibanding kelompok administered price sebesar 3,26 persen (yoy) maupun kelompok inflasi inti sebesar 2,94 persen (yoy).

Gusti menambahkan, meskipun bukan daerah penghasil pangan, kegiatan distribusi pasokan relatif lancar dan kerja sama yang baik dengan daerah penghasil bahan pangan, menyebabkan laju inflasi volatile food dapat terjaga relatif stabil. (*)

Editor: Roelan