Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspadai Lima Bahaya yang Mengintai dari Konsumsi Mi Instan
Oleh : Redaksi
Jum'at | 13-03-2015 | 08:09 WIB
ilustrasi_mi_instan.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM - MI instan kerap menjadi makanan kedua yang populer setelah makanan pokok. Enak dan praktis.

Masalahnya, ada kandungan mi instan yang bisa merusak kesehatan. Berikut beberapa fakta penting yang sebaiknya Anda ketahui tentang makanan populer ini.

1. Bisa Kurangi Kemampuan Tubuh Serap Gizi
Jika Anda makan mi instan dan setelahnya menyantap makanan sehat seperti sayur dan buah, maka tubuh tidak akan bisa menyerap semua kandungan gizi dari makanan sehat tersebut. Ini karena mi instan yang Anda konsumsi mempengaruhi secara negatif proses pencernaan hingga beberapa jam setelah dimakan.

2. Berisiko Memicu Penyakit Kanker
Mi instan biasanya mengandung bahan pengawet, zat antibeku, dan unsur lain yang bersifat karsinogen atau bisa mengakibatkan kanker. Lagipula, mi seduh instan biasanya dikemas dalam "cangkir polistirena" yang mengandung zat pemicu kanker, plasticizer dan dioksin, dan bisa tercampur ke dalam mi begitu diseduh dengan air panas.

3. Kandungan Natrium yang Berlebihan
Kadar natrium tinggi bisa menyebabkan batu ginjal dan gangguan ginjal lainnya. Kandungan rata-rata natrium pada sebungkus mi instan lebih dari 800 mg.

Sementara menurut saran para pakar kesehatan, jumlah asupan maksimum natrium per hari adalah 2.400 mg. Jadi seporsi mi instan saja sudah hampir memenuhi setengah dari jumlah asupan natrium yang disarankan.

4. Efek Samping MSG
Mi instan juga kaya penyedap masakan MSG atau monosodium glutamat. Ada yang alergi terhadap MSG, atau juga merasa sakit kepala atau sakit dada setelah menyantap mi instan. Konsumsi MSG juga berkorelasi dengan penyakit lain, termasuk kanker.

5. Mengandung Zat Antibeku
Mi instan biasanya diimbuhi zat antibeku seperti propylene glycol yang bertujuan untuk mencegah mi menjadi kering. Konsumsi bahan aditif anti beku ini diyakini memicu berbagai risiko kesehatan, termasuk gangguan hati, jantung dan ginjal serta bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh. (*)

Sumber: DW