Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dampak Larangan Menteri PAN-RB dan Operasional Pelabuhan Berakit

Industri Perhotelan di Tanjungpinang Terancam Bangkrut
Oleh : Habibi
Kamis | 05-03-2015 | 17:09 WIB
dragon_boat_race_tanjungpinang.jpg Honda-Batam
Ajang dragon boat race di Tanjungpinang yang dinilai belum memberikan dampak yang besar bagi industri pariwisata di Tanjungpinang. (Foto: net)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Pengusaha perhotelan di Tanjungpinang mengaku terpukul dengan kebijakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang melarang kegiatan-kegiatan pemerintah dilakukan di hotel. Beberapa kegiatan kepariwisataan yang digelar Pemerintah Kota Tanjungpinang dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau di Tanjungpinang juga tak memberi dampak bagi dunia perhotelan. Selain itu, industri perhotelan di Tanjungpinang terancam bangkrut.

Ketua Perhimpunan Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tanjungpinang, Alexander Ang, mengakui, selama ini sumber pemasukan bagi hotel sebagian besar memang dari kegiatan-kegiatan pemerintah, sementara dari wisatawan sangat kecil.

"Kita sangat merasakan dampaknya. Kita sering singgung ke pemerintah tentang hal ini, tapi jawaban wali kota juag tidak ada. Mereka tidak bisa apa-apa, karena itu merupakan kebijakan pusat. Iven yang mereka adakan katanya besar untuk tingkatkan pariwisata, dampaknya masih sepi juga. Hanya banyak yang melihat saja. Pokoknya dari iven-iven itu kita sangat sedikit rasakan dampaknya, tidak seperti gaungnya," ujar Alexander, Kamis (6/3/2015).

Direktur Hotel Comfort Tanjungpinang itu juga mengaku sering menyinggung tentang perbaikan infrastruktur, khususnya di pelabuhan. Namun, kata dia, tidak didengarkan pemerintah karena hingga 2015 ini infrastruktur untuk meningkatkan pariwisata belum ada perubahan sama sekali.

"Kita minta tolong, lho, dibenahi. Karena kita pikir untuk pengusaha pariwisata telah memberikan yang terbaik. Namun kan tetap harus bersinergi dengan pemerinah juga. Makanya ada kerja sama, saling membutuhkan. Tapi ya memang belum ada dampak yang besar untuk pelaku usaha ini," terang Alex.

Dia juga menyinggung soal ajang kepariwisataan seperti Dragon Boat Race di Seicarang beberapa waktu lalu yang digadang-gadangkan pemerintah akan memberikan kontribusi bagi usaha perhotelan. Namun, dampaknya juga tak dirasakan oleh pemerintah.

"Memang hanya orang lokal Tanjungpinang saja yang banyak melihat kegiatan tersebut, sementara untuk wisatawan asing belum begitu bisa diharapkan," katanya.

Selain itu, dirinya menilai pelabuhan yang akan dibangun di Berakit, Bintan, akan menjadi ancaman. Wisatawan asing nantinya tidak akan lagi masuk melalui Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang, karena di Bintan telah ada pelabuhan yang lebih bagus.

"Ya dari data yang ada, memang wisatawan ada masuk dari Tanjungpinang, tapi hanya singgah. Nanti setelah ada pelabuhan Berakit itu, akan semakin sedikit yang masuk dari Tanjungpinang," jelas Alex.

Alex memang tidak menampik bahwa keinginan wisatawan memang beranekaragam. Sebagian besar adalah pantai. Sementara Tanjungpinang sendiri tidak memiliki pantai yang bisa dijual.

Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada Pemerintah Kota Tanjungpinang benar-benar mencari formula agar mampu bersaing dengan memanfaatkan apa yang ada. (*)

Editor: Roelan