Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Cemaskan Wabah dan Suara Bising

Wah, di Batam Penangkaran Walet Bisa Berdiri di Tengah Pemukiman Penduduk
Oleh : Romi Chandra
Selasa | 03-03-2015 | 19:05 WIB
penangkaran walet di batam.jpg Honda-Batam
Salah satu gedung yang dijadikan penangkaran sarang walet di Perumahan Marina Park. (Foto: Romi Chandra/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - Penangkaran sarang burung walet yang diduga tidak berizin kian marak di Batam. Parahnya lagi, lokasi penangkaran tersebut berada di pusat kota atau di pemukiman padat penduduk.

Seperti penangkaran walet yang berada di kawasan Perumahan Marina Park, RT02/RW06, Baloi, Kelurahan Batuselicin, Kecamatan Lubukbaja, Kota Batam. Tidak jarang warga sekitar mengeluhkan potensi wabah penyakit yang dibawa burung, seperti flu atau THT. Selain itu, suara bising juga mengganggu ketenangan warga setempat.

Pantauan di Blok W perumahan tersebut, puluhan gedung berlantai tiga diwarnai bunyian kaset rekaman suara burung sebagai pemanggil agar walet bersarang di dalam gedung itu. Bentuk gedungnya dibangun sepergi kos-kosan, namun jendelanya ditutup rapat.

Menurut keterangan Muhammad Ridwan Lubis, warga setempat, mereka sudah lama mengeluhkan adanya lokasi penangkaran tersebut karena mengganggu ketenangan dan membawa wabah penyakit, terutama bagi anak-anak.

"Belum lama ini kami bersama ketua RT meminta tanda tangan semua warga Marina Park agar bunyi suara walet dari kaset itu agar dimatikan pada malam hari karena mengganggu. Wabahnya juga sering menyerang kami, karena bulu-bulunya yang beterbangan ke mana-mana. Yang sering kena itu anak-anak," kata Ridwan, Selasa (3/3/2015).

Ditambahkan Ridwan, keluhan demi keluhan sudah sering dilontarkan warga. Bahkan petugas dari Dinas Kesehatan juga sering datang ke lokasi. Namun aktivitas penangkaran tersebut masih berlanjut.

"Awalnya kami mengira gedung yang dibangun ini untuk kos-kosan. Tapi lama kelamaan baru diketahui kalau untuk penangkaran sarang walet. Bentuk gedungnya ada jendela, tapi tertutup rapat. Kami tahunya kemarin itu jendelanya roboh karena lapuk. Pas dilihat, ternyata tidak ada lapisan semen lagi," jelasnya.

Menurutnya, penangkaran sarang burung walet yang ditenggarai tak berizin ini sudah beroperasi sekitar sepuluh tahunan dan seakan dibiarkan. Masyarakat juga sudah kebingungan bagaimana upaya agar tidak ada lagi aktivitas penangkaran di lokasi tersebut.

"Mau gimana lagi, Mas. Kami sudah sering komplain, tapi tetap masih jalan. Pihak dari kawasan Top 100 Pinuin juga sudah komplein karena di sana akan dibangun hotel. Takutnya wabahnya menyerang pengunjung," tambahnya.

Menurut informasi yang didapat, hasil panen sarang walet tersebut diekspor ke luar negri, seperti ke Malaysia dan negara lainnya. Pemilik lokasi juga tidak tinggal di kawasan tersebut.

"Kalau lagi panennya, ada sekitar dua puluh wanita yang dipekerjakan untuk menyaring sarang walet yang dipanen. Biasanya burung-burung itu kembali ke gedung ini sore harinya. Nah, saat masuk itu banyak wabah penyakit yang dibawa. Kotorannnya pun di mana-mana," terangnya.

Selain di kawasan Marina Park, penangkaran sarang walet tersebut juga terdapat di beberapa perumahan lainnya di daerah padat pemukiman. "Kalau semua, termasuk di perumahan lainnya, banyak, Mas. Ratusan mungkin ada," ujarnya. (*)

Editor: Roelan