Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Enam Siswi SMAN 5 Bintan Terpaksa Putus Sekolah Karena Hamil
Oleh : Harjo
Senin | 02-03-2015 | 16:06 WIB
ilustrasi_siswi_hamil.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Enam orang siswa SMA Negeri 5 Bintan terpaksa putus sekolah karena hamil. Diduga, keenam siswa itu terlihat dalam pergaulan bebas.

"Cerita ini memang sangat miris. Yang seharusnya anak-anak masih usia sekolah, justru putus di tengah jalan karena pergaulan yang bebas. Keenam mantan siswi yang keluar karena diketahui hamil dan keluar dari sekolah dengan alasan untuk menikah," kata Sunaryono, Kepala SMAN 5 Bintan, kepada BATAMTODAY.COM di Tanjunguban, Senin (2/3/2015).

Sunaryono menjelaskan, keenam siswi itu sebagian besar berasal dari Bintan Utara dan Srikuala Lobam. Empat siswi itu pun kini sudah melahirkan, sementara dua orang lagi sedang hamil.

Namun sebelum dikeluarkan dari sekolah, orang tua mereka sudah dipanggil. Permasalahan tersebut terjadi sejak enam bulan belakangan. "Ternyata orang tuanya sendiri hanya bisa pasrah dan sudah tidak bisa berbuat banyak. Karena sejak awal orang tuanya memang sudah mengetahui mengenai pergaulan anaknya," kata Sunaryono tanpa menyebut kelas dari siswi tersebut.

Yang lebih miris, beber Sunaryono, dari hasil investigasi pihak sekolah terhadap keenam siswi tersebut, ternyata mereka sudah melakukan hubungan badan layaknya suami istri sejak duduk di bangku SMP. 

"Terus terang, siswi-siswi yang sudah keluar dari sekolah ini menjadi pukulan berat baik bagi sekolah dan orang tua. Kita berharap orang tua agar meningkatkan komunikasi dengan pihak sekolah dan guru agar permasalahan seperti tidak terulang kembali ke depan," harapnya.

"Kerja sama antara sekolah dan orang tua memang harus terus ditingkatkan. Logikanya, anak-anak berada di sekolah hanya beberapa jam saja, sisanya di rumah atau di luar sekolah. Apalagi dengan teknologi saat ini, masalah komunikasi sangat gampang, apalagi ke arah hal-hal yang negatif," imbuhnya.

Sementara itu Kepala SMA Yayasan Keluarga Pensiunan Pertamina (YKPP) Tanjunguban, Sutarto, juga mengaku prihatinnya mengenai siswi-siswi yang putus sekolah di Bintan akibat pergaulan bebas.

Walaupun untuk tahun pelajaran 2014/2015 di SMA YKPP hal tersebut tidak terjadi, tetapi jelas selaku tenaga pendidik merasa sangat prihatin atas kejadian yang menimpa siswi sekolah tersebut.  Kita berharap ke depan hal tersebut tidka terulang kembali," katanya.

Dia membenarkan, pengawasan harus ekstra-ketat, baik dari sekolah maupun orangtua. Namun yang paling utama, anak-anak juga harus bisa menjaga pergaulan karena pengawasan dari orang tua dan sekolah tidak cukup jika ternyata dari anak tersebut yang justru sudah masuk dalam pergaulan yang terlalu jauh dan bebas. (*)

Editor: Roelan