Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peserta BPJS Ini Keluhkan Pelayanan Buruk di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Oleh : Hadli
Senin | 02-03-2015 | 08:21 WIB
bpjs_detik.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/detik.com

BATAMTODAY.COM, Batam -  Pelayanan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di rumah sakit lagi-lagi dikeluhkan warga di Batam. Kali ini pelayanan BPJS di Rumah Sakit Harapan Bunda (RSHB) yang dikeluhkan.

Wisnu Edi Sadono, orang tua dari Nanda Maulana (21), mengatakan, ia terpaksa membawa pulang anaknya pada Sabtu (28/2/2015) sore dari ruang rawat inap Anggrek kamar nomor 6 rumah sakit tersebut. Selain pembohongan publik, anaknya juga tidak diperiksa oleh dokter spesialis setempat.

"Saya bawa anak saya pulang sore tadi dari rumah sakit karena kecewa dengan sitem pelayanan Rumah Sakit Harapan Bunda yang sangat buruk," katanya kepada BATAMTODAY.COM, melalui telepon, Sabtu petang.

Warga Tiban ini mengatakan, pertama kali ia membawa anaknya ke klinik di sekitar tempat tinggalnya pada Jumat (27/2/2015) malam. Dokter klinik menganjurkan agar Nanda dirujuk ke rumah sakit sehingga cepat ditangani dokter.

"Hasil pemeriksaan dokter klinik menyampaikan bahwa anak saya panas tinggi. Takut terjadi yang tidak diinginkan, dokter menganjurkan agar anak saya di bawa ke rumah sakit aga cepat ditangani. Takutnya anak saya terkena tipus," ujar perwira melati satu di Polda Kepri ini.

Karena klinik punya kerja sama dengan RSHB, anaknya dirujuk ke rumah sakit tersebut. Sampai di RSHB, Nanda langsung dilarikan ke unit gawat darurat (UGD).

Setelah mendapat pertolongan dokter di UGD, anaknya dianjurkan agar dirawat inap. Namun oleh petugas anaknya akan ditempatkan pelayanan BPJS kelas II, dengan alasan pelayanan ruang kelas I sudah penuh.

"Tentu saya protes karena saya mendapat pelayanan BPJS dari Polda kelas I, bukan kelas II. Oleh petugas di RSHB tetap ngotot akan memberikan pelayanan kamar kepada anak saya di kelas II," ujarnya.

Wisnu tidak hilang akal. Melalui kenalannya di rumah sakit itu ia mencari tahu apakah benar adanya kamar pelayanan kelas I sudah penuh. "Ternyata ada tiga kamar di kelas I yang kosong. Saat itu juga saya mendesak anak saya masuk kamar kelas I," ujarnya.

Kekecewaannya terhadap pelayanan RSHB tidak sampai di situ. Seharian semalam anaknya dirawat inap di kelas I tetap tidak juga diperiksa oleh dokter spesialis. Anaknya hanya diberi infus semalaman.

"Di ruang Angrek ada satu dokter umum dan tiga perawat. Oleh karena harus dokter spesialis yang menangani anak saya, jadi dokter umum tidak berani tangani. Tapi, dari malam sejak anak saya dirawat hingga pagi anak saya juga belum diperiksa oleh dokter spesialis. Kata perawat sebentar lagi dokter datang," terangnya.

Setelah menunggu seharian, anaknya tidak juga kunjung mendapat pelayanan. Dokter spesialis rumah RSHB itu dikabarkan perawat sedang buka praktik di luar rumah sakit.

"Berarti dokternya ada. Kenapa anak saya tidak juga di periksa, hanya diberi infus sehari semalam? Saya komplain, tetap juga anak saya tidak mendapat pelayanan. Setelah saya tanyakan kepada anak saya, ternyata ia sanggup untuk istirahat di rumah," jelasnya.

Karena tidak juga kunjung mendapat pelayanan, akhirnya Wisnu Edi Nugroho memutuskan membawa pulang anaknya.

Perawat RSHB sempat mencegah. "Katanya kalau saya bawa pulang anak saya, pihak rumah sakit tidak bertanggung jawab jika peristiwa yang tidak diinginkan terjadi. Tapi dengan pelayanan buruk seperti ini apakah rumah sakit bertanggung jawab? Tapi perawat itu hanya diam, saya malah dianjurkan untuk menandatangani surat pernyataan," terang dia.

Surat pernyataan runah sakit tidak bertanggung jawab akhirnya dibuat oleh perawat. Karena sudah kesal dengan pelayanan yang buruk, ia mau tidak mau menandatangani agar cepat meninggalkan rumah sakit. Namun tetap tidak mendapat resep ataupun obat untuk dia tebus di lluar rumah sakit.

"Perawat itu tidak bersedia memberikan resep ataupun obat dengan alasan anak saya belum diperiksa dokter sama sekali. Dengan kondisi itu saya bawa anak saya untuk berobat di luar RSHB," ujarnya.

Atas peristiwa ini, ia sangat menyayangkan pelayanan kesehatan BPJS di RSHB. "Kalau di UGD saya salut, anak saya langsung direspon. Tapi dengan pembohongan dan tidak respon pelayanan, saya sangat kecewa," katanya..

Ia berharap, atas peristiwa ini pemerintah maupun pihak BPJS Batam dapat memberikan sanksi tegas kepada dokter tersebut, termasuk pihak RSHB. Karena menurutnya, peristiwa ini tidak hanya ia sebagai peserta BPJS yang mengalami hal serupa. (*)

Editor: Roelan