Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pengamat Nilai Kasus Kriminal Tak Terungkap karena Lemahnya Profesionalisme dan Koordinasi Aparat
Oleh : Romi Chandra
Kamis | 26-02-2015 | 17:05 WIB
bambang_widodo_umar_tempo.jpg Honda-Batam
Bambang Widodo Umar. (Foto: Tempo.co)

BATAMTODAY.COM, Batam - Proses penegakan hukum atau penanganan kasus kriminalitas di Batam saat ini bisa dikategorikan masih lemah. Pasalnya, masih banyak kasus-kasus yang belum terungkap, dikarenakan lemahnya profesionalisme, koordinasi dan minimnya bukti sehingga menyulitkan kasus tersebut diungkap.

Beberapa kasus yang belum terungkap, seperti kasus pembunuhan Ambok Maik pada pertengahan 2014 lalu yang hingga kini kepalanya belum ditemukan. Selain itu, ditambah kasus pembunuhan dua wanita malam pada akhir 2014 lalu serta beberapa kasus asusila terhadap anak cenderung lambat penangannya.

Pengamat kepolisian sekaligus pengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Bambang Widodo Umar, saat dihubungi BATAMTODAY.COM, mengatakan, fenomena yang terjadi saat kasus tidak terungkap atau lambatnya penanganan kasus bisa dikarenakan beberapa faktor, seperti kesulitan penyelidikan, lemahnya profesionalisme, kurangnya jaringan untuk menggali data, atau lemahnya koordinasi yang dilakukan.

"Setiap kasus memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Belum terungkapnya beberapa kasus karena kesulitan penyelidikan yang dilakukan serta minimnya barang bukti yang menguatkan," kata Bambang, Kamis (26/2/2015) siang.

Kesulitan penyelidikan tersebut lanjutnya, diakibatkan kurangnya koordinasi yang dilakukan, baik dalam ruang lingkup antara atasan dan bawahan maupun dengan polres-polres di daerah lain.

"Batam sendiri dihuni oleh orang-orang dari berbagai daerah, sehingga pelaku kejahatan juga tidak hanya berasal dari Batam saja. Lemahnya koordinasi antara kepolisian di Batam dengan kepolisian daerah lain, tentu menyulitkan melakukan pengejaran. Ditambah lagi antara bawahan dengan pimpinan tidak saling mendukung," tuturnya.

Dijelaskan Bambang, jika pimpinan hanya bisa memerintah anggota tanpa ada sumbangsih  atau bentuk dukungan seperti penghargaan dalam bentuk apapun, tentu membuat anggota tidak semangat. "Hal itu juga bisa menjadi faktor anggota malas bekerja dan urung ke lapangan. Bahkan tidak jarang pimpinannya hanya mementingkan pencitraan," jelasnya.

Selain itu, koordinasi antara kesatuan juga sangat penting dilakukan. "Selama ini kebanyakan antar-satuan, seperti Reskrim, Narkoba, Intel dan lain sebagainya bekerja sendiri-sendiri. Ini juga kelemahan yang harus disikapi," tambahnya.

"Kepri atau Batam khususnya diibaratkan sebagai gula dan menjadi incaran semut, atau pelaku kejahatan yang datang dari berbagai daerah. Intinya, jika ingin mengungkap kasus harus mengatasi kelemahan-kelemahan itu. Jalin kekompakkan serta ciptakan jiwa profesional dalam bekerja," pungkasnya.

Editor: Dodo