Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemkab Natuna Minta Dilibatkan dalam Pembicaraan Kelanjutan Kontrak Ekspor Gas Natuna ke Singapura
Oleh : Surya
Selasa | 03-02-2015 | 16:55 WIB
Natuna_Imalko.jpg Honda-Batam
Wakil Bupati Natuna Imalko

BATAMTODAY.COM, Natuna - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna meminta Kementerian ESDM dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Riau (Kepri) melibatkan pihaknya untuk membicarakan kelanjutan penyalutan atau penghentian penyaluran gas Natuna ke Singapura.



"Saya mewakili Pemkab Natuna menyambut baik rencana Menteri ESDM Sudirman Said meresmikan proyek PGN Jumat lalu di Batam. Pak Menteri ESDM kabarnya akan mengundang pihak-pihak terkait untuk membahas gas Natuna," kata Wakil Bupati Natuna Imalko di Natuna, Selasa (3/2/2015),

Imalko berharap pembahasan kelanjutan atau penghentian ekspor gas Natuna ke Singapura hendaknya melibatkan Pemkab Natuna, bukan ditinggalkan seperti selama ini.

"Natuna kan tuan rumah, gas bumi yang ada diwilayah Natunalah yang dibahas, masa kita sebagai pemilik tak pernah dilibatkan, ada acarapun tak diundang. Untuk itu saya atas nama Pemkab Natuna berharap agar Pak Menteri ESDM dan Pemprov Kepri melibatkan Natuna dalam pembahasan tersebut," katanya.

Menurut Imalko, Menteri ESDM Sudirman Said telah diberi gambaran mengenai kondisi Natuna yang masih mengalami ketidakadilan dalam pembangunan, padahal Natuna merupakan penghasil minyak, terutama gas bumi terbesar di dunia.

"Dengar mendengar kabar pembangunan Natuna dan kondisi masyarakat Natuna sebenarnya. Natuna yang masih mengalami ketidakadilan, baik dari sisi pembagian hasil  migas maupun soal kuota BBM dan gas sendiri. Kita harapkan Pak Menteri ESDM memberikan perhatian khusus buat Natuna," katanya. 

Seperti diketahui, saat meresmikan proyek PGN di Batam Jumat (30/1/2015) lalu, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan akan meninjau ulang kontrak ekspor gas ke Singapura, karena terkait kebijakan nasional. 

"Kalau memang bisa diarahkan dari wilayah lain yah dipindahkan‎, tapi kalau ada kewajiban jangka panjang kita harus memenuhinya. Cuma kita jugakan memahami situasi dan kondisi saat ini, bisa saja kontaknya diperbaiki. Kita sudah saksikan bersama seperti negoisasi ulang dengan Tiongkok," kata Sudirman.

Sudirman juga mengaku miris mendengar kondisi masyarakat Natuna yang kaya sumber gas, tetapi warga Natuna belum dapat menikmati listrik dengan maksimal. Pendapat ini diungkapkannya setelah mendengar paparan Gubernur Kepri HM Sani terkait kondisi Natuna.

"Memang miris dan yang jelas mubazir. Kalau ternyata kontruksinya sudah siap, gas pun sudah ada di sekeliling, tapi Kepri dan khsususnya Natuna malah tidak bisa memanfaatkannya. Inikan tinggal masalah keputusan ‎saja, dan tugas saya, pemerintah mendorong supaya keputusan itu segera diambil. Nanti setelah saya kembali ke Jakarta, akan langsung saya panggi," katanya. 

Di hadapan Sudirman, Gubernur Kepri Muhammad Sani saat meresmikan proyek tersebut, mengatakan, sudah dua kali dibicarakan di hadapan presiden RI, Joko Widodo, nyatanya sampai kini belum terealisasi.

"Yah kita punya sumber gas di Natuna, harusnya itu bisa kita nikmati. Kami minta supaya gas yang akan dibawa ke Singapura itu, bisa dikonesikan ke Batam melalui pulau Pemping,"  kata Sani.

Setelah dialirkan ke Batam, baru kemudian dibawa kembali ke Natuna dan Anambas atau pulau-pulau terluar lainnya. "Jadi gas tidak cuma dibawa ke Singapura Pak Menteri, tapi sebagian juga ada yang menetes ke Kepri," katanya.

Sani berharap, dengan role model tertentu, gas yang dikoneksikan ke Batam melalui Pulau Pemping tersebut bisa dikelola oleh PGN untuk sampai ke pulau terluar.

"Kami yakin PGN siap dan bersedia. Kalau sudah teraliri, nanti gas itu bukan untuk listrik saja, tapi bisa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui bidang industri di pulau-pulau sana. Itu yang kita harapkan," katanya.

HM Sani juga menyatakan bahwa jika disetujui, sulit untuk mengelola gas yang ada di Natuna untuk disalurkan langsung ke Natuna dan kabupaten/kota lain.

"Nggak memungkinkan dari Natuna ke Natuna, cost tinggi, terlalu mahal. Mending dibawa ke Batam, nanti dari sini dialirkan ke Natuna dan Anambas, bisa dengan kapal atau hal lain. Kalau pipanisasi mahal," katanya.

Editor : Surya