Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ternyata, Warga Batam dan Bintan Juga Serbu Elpiji 3 Kg di Tanjungpinang
Oleh : Habibi
Sabtu | 17-01-2015 | 15:05 WIB
warga bintan angkut melon.JPG Honda-Batam
Salah satu kurir toko di kawasan Pelantar KUD tengah memuat "melon" ke pompong yang berasal dari kawasan hinterland di Bintan, Sabtu (17/1/2015). (Foto: Habibi Kasim/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Elpiji 3 kg di Tanjungpinang bukan hanya dibutuhkan warga Tanjungpinang, tetapi juga diborong oleh masyarakat di kawasan hinterland Kota Batam dan Kabupaten Bintan. Diduga, "serbuan" dari luar inilah yang sering menyebabkan elpiji yang dikenal dengan "gas melon" itu kerap langka di Tanjungpinang.

Pantauan di Pelantar KUD Tanjungpinang, beberapa warga Kelurahan Karas, Kecamatan Semblang, Kota Batam, dan masyarakat dari Pulau Dendun serta Desa Pangkil, Kabupaten Bintan, terlihat mengangkuti "si melon" ke pompong. Mereka mengaku membeli "melon" di Tanjungpinang lewat Pelantar KUD.

"Kami memang sering ambil gas di sini (KUD Tanjungpinang, red). Kadang 10 tabung, kadang 5 tabung. Tapi rutinya memang ambil di sini," ujar Farida, salah satu warga Desa Dendun saat ditemui di pelantar KUD, Sabtu (17/1/2015).

Sementara itu untuk Desa Pangkil pun demikian. Paling banyak 15 tabung kosong mereka tukarkan di Tanjungpinang dengan durasi dua kali sepekan. Pun begitu juga dengan Kelurahan Karas.

"Kalau kami, jika memang di Karas kosong, baru beli di Tanjungpinang," ujar Awang, salah satu warga Karas yang ditemui ditempat yang sama.

Kendati demikian, anehnya, ketika tiba saat mereka mau mengambil elpiji tersebut, stok selalu ada dan terpenuhi. Awang mengaku membeli di KUD dengan harga Rp18 - 20 ribu per tabungnya. "Jual Rp 22 ribu di sana," kata Awang.

Terkait pasokan, para rekan-rekan dari pulau tersebut mengaku pasokan di wilayah mereka tidak lancar dan sedikit. Tidak dapat memenuhi kebutuhan satu kampung. Hal itu yang membuat masyarakat harus mencari elpiji hingga ke Tanjungpinang.

"Kalau tidak kayak gitu gimana lagi, sementara kami harus masak?" tukas Farida.

Sementara, Kepala Dinas Perdagangan dan Ekonomi Kreatif Kota Tanjungpinang, Wan Samsi, belum berhasil dikonfirmasi karena nomor teleponnya tidak aktif.

Kesulitan mendapatkan elpiji 3 kg ini nyaris selalu dikeluhkan sejumlah ibu-ibu rumah tangga. Bahkan, operasi Pertamina dengan menjual "melon" seharga Rp15 ribu di dua tempat di Tanjungpinang pun luput tak banyak diketahui warga.

Malah, warga yang rumahnya dekat agen juga sering tak kebagian elpiji 3 kg. Seperti warga di Kelurahan Seijang, Tanjungpinang, mengeluhkan sulitnya mendapatkan elpiji 3 kg dari agen yang menyalurkan. Padahal, agen penyalur itu berada di lingkungan perumahan warga.

"Masa agennya dekat dengan rumah kita tapi kita sering tak dapat gas (elpiji)? Yang lainnya juga sering tak dapat," kata Wati, warga Perumahan Palem Mas, Seijang, kepada BATAMTODAY.COM, Jumat (16/1/2015).

Dia mengatakan, perumahan mereka berada di belakang agen penyalur gas yang terletak di Jalan Seijang itu. Namun setiap kali mencari elpiji, mereka selalu tak kebagian.

"Tadi, contohnya. Katanya datang 30 tabung tapi langsung habis. Lha kami ini warga sekitar sini kok malah gak pernah kebagian. Jadi, kalau warga sekitar agen saja tak pernah kebagian, untuk apa dia buka usaha di sini," kata Wati jengkel.

Karena sering tak kebagian elpiji, dia mesti keliling dan mendapatkan beruntung mendapatkan elpiji di sebuah penjual dekat Puskesmas Seijang. Hanya saja, jika harga di agen Rp17 ribu, di situ Wati harus merogoh kocek sebesar Rp20 ribu (bukan Rp30 ribu seperti tertulis sebelumnya).

"Yang bikin kesal, saat ditanya kok bisa dapat elpiji? Yang jual bilang katanya beli di agen. Jadi, beli di agen untuk dijual kembali," terang Wati. (*)

Editor: Roelan