Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berburu Batu Cincin Jadi Profesi Baru di Dabosingkep
Oleh : Nurjali
Jum'at | 16-01-2015 | 17:16 WIB
warga dabo cari batu cincin.jpg Honda-Batam
Warga sedang mencari batu tourmaline di lokasi air terjun Cik Latif. (Foto: Nurjali/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Berburu batu cincin (akik, sebutan beberapa orang) menjadi profesi baru sejumlah warga Desa Bukitbelah Cik Latif, Dabosingkep, Lingga. Bertambahnya orang-orang yang mencari batu cincin dipicu oleh tingginya permintaan akan bebatuan berharga tersebut, terutama jenis tourmaline.

Pemandian air terjun Cik Latif menjadi lokasi perburuan. Sedari pagi hingga petang, kerap dipenuhi warga yang mencari batu cincin tersebut. Bukan cuma warga setempat, beberapa warga lain yang berprofesi sebagai pengusaha, PNS, karyawan swasta, bahkan anggota TNI dan Polri juga terlihat sering menghabiskan waktu mereka di sore hari untuk mencari batu cincin di lokasi wisata itu.

"Kalau ingin beli, sudah jadi banyak yang mau jual. Tapi kalau hasil mencari sendiri, rasanya ada kepuasan tersendiri. Setelah diolah dan kita kenakan. Yang beli ada juga," kata salah seorang pria yang mengaku bekerja di bank swasta di Singkep, kepada BATAMTODAY.COM, Jumat (16/1/2015).

Tak cuma batu tourmaline, batu lainnya seperti kinyang dan kecubung teh diduga juga banyak terdapat di wilayah Singkep. Beberapa tempat favorit yang banyak dikunjungi masyarakat untuk mencari batu cincin di antaranya Jalan Batu Enam, Dabo Singkep; air terjun Cik Latif, Air Mas dan beberapa tempat yang merupakan lokasi bekas penambangan PT Timah.

"Yang banyak selain hari Jumat, Sabtu dan Minggu pada pagi dan sore hari ada juga yang mencari. Tak cuma warga sini tapi ada juga pegawai, polisi dan TNI mereka mencari. Biasanya pada hari libur," kata Amid, warga setempat yang memang bekerja sebagai pengasah batu cincin.

Menurut Amid, pengasah batu cincin seperti dirinya sering mendapat pesanan dari para pemburu untuk mengasahkan batu cincin yang mereka temukan. Tarifnya bervariasi, tergantung jenis kesulitan mengasahnya. Tapi, biasanya dibanderol Rp30 ribu per buah.

"Saya biasanya pasang tarif Rp30 sampai 50 ribu. Tapi kalau yang punya senang, mereka bisa kasih Rp200 ribu bahkan ada yang kasih sampai Rp300 ribu per batu. Batunya tourmaline biasa saja, tapi mungkin karena dia senang dengan hasilnya," ujar Amid.

Dia mengatakan, tidak ada harga khusus untuk batu tourmaline maupun jenis lainnya karena tergantung dari peminatnya. "Harganya variasi, tergantung peminat. Kalau mereka berminat, biasanya mereka yang memberi harga sendiri. Kemarin jenis yang sama saya jual Rp300 ribu, tapi waktu itu ada yang menawarkan harga Rp3 juta. Dia (pembeli, red) yang memberi harga," terang Amid. (*)

Editor: Roelan