Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

REI Desak Pemerintahan Jokowi Beri Insentif kepada Pengembang Hunian Murah untuk MBR
Oleh : Surya
Kamis | 15-01-2015 | 10:28 WIB
eddy_hussy.jpg Honda-Batam
Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Eddy Hussy.

BATAMTODAY.COM, Jakarta- Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Eddy Hussy mendesak pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan insentif kepada para pengembang yang bersedia membangun hunian murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Menurutnya, hal itu untuk mendukung program pemerintah yang menargetkan membangun 1 juta hunian tahun ini berupa rumah atau rusun murah bagi MBR. Target satu juta unit hunian murah ini, juga didukung swasta atau pengembang properti yang tergabung kedalam organisasi REI.

"Pemerintah harus memberi insentif bila para pengembang bersedia membangun hunian murah bagi MBR. Pemerintah sudah cukup serius. Itu tentunya kita harap capai angka itu bisa namun harus ada terobosan. Selain masalah izin juga percepatan hal-hal yang bisa pararel untuk diberikan. Seperti pemberian IMB, bantuan pembebasan lahan, sertifikat tanah," kata Eddy pada acara diskusi perumahan di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Rabu (14/1/2015).

Pembangunan rumah murah membutuhkan lahan luas namun sangat susah diperoleh di tengah kota sehingga perlu ada campur tangan pemerintah. "Bangun rumah murah perlu lahan luas. Yang mungkin ada di luar atau pinggir kota," jelasnya.

Bila hunian murah dibangun di pinggir atau di luar kota, pemerintah bisa menyediakan akses jalan hingga transportasi publik. Langkah ini penting agar mobilitas masyarakat berpenghasilan murah tidak terbebani.

"Sehingga orang yang tinggal di situ nggak terganggu ke tempat kerja," katanya.

Menurut Eddy memang perlu adanya bantuan kepada calon pembeli dari pemerintah. Perlu ada kemudahan masyarakat yang tidak bankable atau layak agar memperoleh pendanaan bank untuk bisa dapat Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

"Insentif diperlukan untuk atasi keperluan MBR yakni uang muka. Kita ada masalaah uang muka. Kedua sektor informal seperti pedagang bakso itu nggak bankable," katanya. 

Editor: Dodo