Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Harga Minyak Kelapa Sawit dan Karet Melonjak Akibat Banjir
Oleh : Redaksi
Kamis | 15-01-2015 | 08:35 WIB
sawit_tumpukan.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/net

BATAMTODAY.COM - BANJIR di beberapa wilayah di Asia Tenggara mengancam pasokan minyak kelapa sawit dan karet dunia. Kondisi ini membuat harga kedua komoditas tersebut terangkat.

Dengan banyak perkebunan besar terendam banjir dan rusak berat, proyeksi berkurangnya pasokan minyak kelapa sawit membuat harga komoditas ini melejit 10 persen dalam tiga minggu terakhir. Minyak kelapa sawit mencapai harga termahalnya dalam enam bulan terakhir. Harga karet alam naik sampai 5,7 persen dalam periode yang sama.

Banjir terbesar terjadi di Malaysia. Belasan orang meninggal dan lebih dari 200.000 warga mengungsi.

Beberapa wilayah di Indonesia, yang masuk musim hujan, juga banjir. Kedua negara bertetangga itu merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

Minyak ini dipakai dalam berbagai produk, seperti lipstik dan biskuit. Meski banjir merusak banyak kebun petani, melonjaknya harga komoditas dapat membantu mereka yang menggantungkan penghidupan pada panen kelapa sawit dan karet.

Menurut pelaku pasar, penanam modal memprediksi harga minyak kelapa sawit dan karet akan naik lebih tinggi jelang Tahun Baru Cina bulan depan. Permintaan minyak kelapa sawit akan naik, mengingat banyak warga Cina—pembeli terbesar kedua di dunia setelah India– memakainya untuk memasak. Pasar minyak kelapa sawit global memiliki valuasi sekitar $50 miliar.

"Dampak banjir terhadap pasokan minyak kelapa sawit kuartal ini diprediksi akan buruk," kata Chandran Sinnasamy, kepala divisi trading di LT International Futures di Kuala Lumpur.

Ia memperkirakan harga komoditas akan turun, saat banjir menyusut dalam beberapa minggu ke depan.

Pemerintah Malaysia mengatakan hasil produksi mungkin hanya 1,4 juta ton pada Desember, atau turun 20 persen dari November. Untuk tahun ini, mereka memperkirakan produksi kelapa sawit mencapai 20 juta ton. Ini lebih rendah dari proyeksi Departemen Pertanian Amerika Serikat yang sebesar 21,25 juta ton.

Harga karet juga melejit akibat hujan lebat dan banjir di selatan Thailand, produsen dan eksportir karet terbesar di dunia. Karet paling banyak digunakan sebagai bahan dasar ban.

Lebih dari dua pertiga pasokan karet dunia berasal dari Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Pasar karet global bervaluasi sekitar $25 miliar per tahun.

"Kedua komoditas tengah memasuki musim produksi rendah dan kini dengan adanya banjir, banyak yang cemas soal kurangnya pasokan," kata analis Rabobank di Singapura, Pawan Kumar.

Pada Jumat lalu, kontrak berjangka minyak kelapa sawit mentah di Bursa Derivatif Malaysia, acuan global, ditutup pada 2.348 ringgit per ton metrik, 2,8 persen lebih tinggi dari seminggu sebelumnya. Ini juga 3,6 persen lebih tinggi dari harga awal tahun.

Sementara itu kontrak berjangka karet alam di Bursa Komoditas Tokyo ditutup pada 206,5 yen per kilogram, 3,2 persen lebih rendah dari awal tahun. Harga karet sempat mencapai titik tertingginya dalam enam bulan terakhir pada Selasa lalu. (*)

Sumber: WSJ