Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dalam Hal Ekonomi, Monyet Lebih Cerdas dari Manusia
Oleh : Redaksi
Kamis | 11-12-2014 | 14:48 WIB

BATAMTODAY.COM - MANUSIA dan kera itu "bersaudara", begitu menurut teori evolusi. Seperti pendapat umum, manusia tentu lebih cerdas dari kera. Namun, ada satu dua hal bagi manusia untuk belajar kepada "saudara" dekatnya itu.

Menurut sebuah penelitian Universitas Yale, AS, terbaru, monyet capuchin lebih cerdas dalam berbelanja dibanding manusia. Para monyet ini bisa "menaksir" harga barang dan dapat membuat keputusan ekonomi yang lebih rasional di paran. Sementara manusia cenderung bingung dalam menentukan pilihan saat berbelanja.

Beberapa studi menunjukkan bahwa manusia cenderung tidak dapat memperkirakan nilai sebuah barang. Jika sebotol anggur dibanderol dengan harga yang lebih tinggi, orang percaya rasanya lebih enak. Sementara minuman beralkohol yang lebih murah hampir selalu dikaitkan dengan kualitas yang lebih rendah.

Hal yang sama berlaku ketika manusia memilih obat penghilang rasa sakit. Penelitian itu menunjukkan bahwa orang berpikir, obat penghilang rasa sakit itu lebih manjur jika harganya lebih mahal.

Tapi, si monyet ini mampu mengabaikan ilusi pemasaran, membuat manusia terlihat seperti spesies "bodoh". Monyet tak butuh perbandingan mahalnya harga barang dengan kualitas, seperti yang biasa dipikirkan manusia.

Dalam simulasi token ekonomi, monyet akan membayar lebih sedikit untuk produk makanan yang setara dan tidak tertipu oleh gagasan bahwa rasanya lebih enak jika hargaya lebih tinggi.

Psikolog dan penulis senior penilitian, Laurie Santos, bekerja sama dengan mahasiswanya, Rhia Catapano, melakukan empat percobaan yang menguji persepsi pasar dari monyet. Apakah monyet akan memilih barang dengan harga yang lebih mahal, atau akan mereka pilih dengan barang yang harganya semurah barang biasanya?

Untuk memulai, para peneliti Yale harus mengajarkan para monyet untuk membuat pilihan di pasar eksperimental. Monyet-monyet dilatih bagaimana membedakan antara makanan yang umum dengan label harga yang berbeda.

Dalam kelompok kontrol, monyet mulai memahami kualitas dan harga yang berbeda dari barang tersebut. Ketika monyet mencicipi apa yang telah mereka beli di pasar eksperimental, mereka belajar untuk membeli makanan dengan harganya yang sama murahnya.

Monyet-monyet tidak berpikir harga yang lebih tinggi berarti lebih enak. Mereka dengan cepat belajar bagaimana menjadi lebih ekonomis dalam kebiasaan belanja mereka.

"Bagi manusia, label harga yang lebih tinggi sering memberi sinyal bahwa seseorang itu menyukai barang yang bagus," kata Santos.

Menurut peneliti, kebiasaan belanja manusia yang dipengaruhi oleh beberapa jenis bias psikologis atau kesalahpahaman. Harga yang lebih tinggi tampaknya memiliki efek yang tidak rasional pada preferensi pangan masyarakat. Apakah lebih mahal berarti lebih baik? Apakah makanan lebih mahal benar-benar terasa lebih enak?

Itu menunjukkan bahwa manusia lebih bingung daripada monyet. "Kita tahu bahwa monyet capuchin berbagi sejumlah bias ekonomi kepada diri kita sendiri. Ini adalah salah satu domain pertama kami telah diuji di mana monyet menunjukkan perilaku yang lebih rasional daripada yang manusia lakukan," ujarnya. (*)

Editor: Roelan