Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lautan Es di Samudra Arktik Muncul 2,6 Juta Tahun Lalu
Oleh : Redaksi
Senin | 01-12-2014 | 08:02 WIB
lautan_es_di_kutub_utara.jpg Honda-Batam
Ilmuwan melakukan penelitian di lautan es di Samudra Arktik. (Foto: ist)

BATAMTODAY.COM - LAPISAN es di Arktik jauh lebih sedikit dibanding 4 - 5 juta tahun lalu. Musim paling dingin juga tak pernah mencapai lokasi saat ini sampai sekitar 2,6 juta tahun lalu. Pengetahuan baru ini pun bisa digunakan untuk memperbaiki model iklim di masa depan.

"Kami belum melihat periode bebas es di Samudra Arktik selama 2,6 juta tahun. Namun, kita dapat melihat itu dalam hidup kita. Laporan IPCC yang baru menunjukkan bahwa hamparan lapisan es Kutub Utara telah menyusut dengan cepat sejak 70 -ies, dengan 2012 menjadi tahun dengan sedikit es di laut," Jochen Knies, ahli geologi kelautan di Survei Geologi Norwegia (NGU) dan Pusat Gas Hidrat Arctic, Iklim dan Lingkungan, UIT The Arctic Univeristy of Norway.

Dalam sebuah proyek kolaborasi internasional, Jochen Knies telah mempelajari tren di tingkat lautan es di Samudra Arktik 5,3 - 2,6 juta tahun lalu. Itu terakhir kalinya bumi mengalami periode panjang dengan iklim yang rata-rata, hangat sebelum era es (ice ages) mulai bergantian dengan interglacials ringan.

"Ketika kita mempelajari molekul dari fosil tumbuhan tertentu yang diawetkan dalam sedimen di dasar laut. Kami menemukan bahwa hamparan Samudra Arktik bebas lautan es sampai empat juta tahun lalu," kata Knies dalam rilis.

"Nantinya, lautan es secara bertahap terbentang dari Kutub Utara yang sangat tinggi sebelum dicapai, untuk pertama kalinya, apa yang sekarang kita lihat adalah batas es musim dingin sekitar 2,6 juta tahun lalu," kata Knies.

Penelitian ini sangat menarik dunia internasional mengingat pemanasan global sangat terikat pada meyusutnya lapisan es di Samudra Arktik. Pada akhir abad ini, Samudra Arktik nampaknya bakal tak ada lagi lautan es, terutama di musim panas.

Sebuah sumur ke dasar laut sebelah barat laut dari Spitsbergen adalah dasar untuk penelitian ini. Sumur ini dibor oleh International Ocean Drilling Program (IODP) untuk menentukan umur sedimen dasar laut daerah tersebut.

Kemudian, dengan menganalisis endapan fosil kimia yang dibuat oleh tanaman mikroskopis tertentu yang hidup di lautan es dan lautan sekitarnya, Knies dan rekan kerja mampu mengambil "sidik jari" kondisi lingkungan saat berubah seiring waktu.

Para ilmuwan percaya bahwa peningkatan lautan es hingga 2,6 juta tahun lalu sebagian disebabkan oleh penggalian besar dari massa tanah di sirkum-Arktik yang terjadi selama periode ini. "Perubahan yang signifikan dalam ketinggian di atas permukaan laut di beberapa bagian Arktik, termasuk Svalbard dan Greenland, dengan penumpukan es di tanah, mendorong distribusi lautan es," jelas Knies.

"Selain itu, pembukaan Selat Bering antara Amerika dan Rusia dan penutupan Kanal Panama di Amerika Tengah pada saat yang sama menghasilkan pasokan besar air tawar ke Kutub Utara, yang juga menyebabkan terbentuknya lebih banyak lautan es di Samudra Arktik, " imbuh Knies. (*)

Editor: Roelan