Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

PBB Melaporkan, Satu Miliar Orang Buang Hajat di Tempat Terbuka

Awas, Buang Hajat Sembarangan Bisa Sebarkan Wabah Ebola
Oleh : Redaksi
Kamis | 20-11-2014 | 07:33 WIB
ilustrasi_toilet_di_padang_pasir.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi/DW

BATAMTODAY.COM - PBB menyerukan agar dihentikannya praktIk buang air besar sembarangan di lahan terbuka. kebiasaan ini dicemaskan bisa mendorong meluasnya penyebaran wabah ebola. Sementara, satu miliar orang di dunia membuang hajat di tempat terbuka.

Terutama di negara-negara Afrika Barat yang dilanda epidemi virus ebola yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 5.000 orang dari 14.000 yang terinfeksi, kebiasaan buang hajat sembarangan dikhawatirkan memudahkan penyebaran wabah mematikan itu. Penyebabnya, virus ebola diduga bisa menular lewat kontak dengan cairan tubuh penderita yang dibuang sembarangan di kebun atau di saluran air limbah terbuka.

Nigeria yang dinyatakan sudah bebas ebola bulan lalu, telah mengeluarkan peringatan agar warganya tidak buang hajat sembarangan. Sekitar 40 juta warga Nigeria atau 25 persen populasi tidak punyak akses ke toilet. 

Sementara di Liberia, negara Afrika Barat lainnya yang terparah dilanda epidemi ebola, separuh dari 4 juta warganya tidak punya jamban dan di Sierra Leone sekitar dua juta warganya tidak punya WC.

Laporan PBB itu berkaitan dengan Hari Toilet Internasional 2014 pada Rabu (19/11/2014) yang dilansir di Jenewa menyebutkan: sedikitnya satu miliar manusia buang hajat di kebun, sungai atau lahan terbuka lainnya, akibat tidak punya akses ke jamban atau toilet. Bahkan sekitar 2,5 milar orang disebutkan tidak memiliki akses ke sanitasi sederhana seperti jamban umum dan sumber air bersih.

Di Asia, India dan Cina merupakan negara dengan populasi warga lebih dari satu milyar yang menghadapi masalah berat terkait tidak adanya akses ke toilet. Juga Indonesia, Pakistan, Bangladesh dan Nepal masih menghadapi masalah menyangkut buang hajat sembarangan dan tidak adanya akses ke sumber air bersih tersebut. Sementara di Afrika, nyaris semua negara menghadapi masalah sanitasi dan higiene itu.

Tidak adanya akses ke sarana sanitasi sederhana dan air bersih, di negara-negara berkembang menjadi penyebab 80 persen penyakit yang berkaitan dengan cemaran air bersih seperti kolera, disentri dan diare. Kondisi ini menyebabkan rendahnya derajat kesehatan umum dan membebani ekonomi akibat banyaknya warga di usia produktif yang sakit. 

Laporan organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebutkan, setiap harinya 5.000 anak balita meninggal terkena penyakit akibat kurangnya higiene dan tidak adanya sarana sanitasi.

PBB juga mengakui, target millenium untuk mengurangi kemiskinan hingga separuhnya di tahun 2015, agar kualitas kesehatan publik meningkat, sulit dicapai di sejumlah negara. Wakil sekjen PBB Jan Eliasson menegaskan, terutama anak perempuan yang paling dirugikan oleh kemiskinan dan tidak adanya akses ke toilet dan sumber air bersih itu.

"Walau tercapai sejumlah kemajuan, kurangnya dana untuk pembangunan infrastruktur menyebabkan praktek buang hajat sembarangan masih jadi masalah utama," ujar Eliasson. 

Selain itu di banyak negara masalah kebiasaan, budaya serta norma sosial juga memiliki pengaruh besar terhadap masalah higiene tersebut. (*)

Sumber: Deutsche Welle