Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Desa Kiabu di Anambas Berharap Terbebas dari Keterisoliran
Oleh : Nursali
Selasa | 18-11-2014 | 09:35 WIB
kiabu_kering.jpg Honda-Batam
Seorang ibu rumah tangga di Desa Kiabu menggunakan gerobak untuk mengangkut air dari sumur.

BATAMTODAY.COM, Tarempa - Wilayah di Kabupaten Kepulauan Anambas belum sepenuhnya terbebas dari isolasi. Padahal, Anambas sudah dinyatakan sebagai bukan daerah terpencil pasca penyerahan sertifikat yang diterima Wakil Bupati Kepulauan Anambas dari Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, beberapa waktu lalu.

Adalah Desa Kiabu di Kecamatan Siantan Selatan yang nyaris belum tersentuh modernisasi. Warga di sana juga hampir tidak pernah merasakan nikmatnya bertelekomunikasi kepada sanak famili dan para kerabat.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Iskandar, menuturkan, informasi yang masuk ke desa tersebut sangat terhambat. Bahkan tak jarang ia menerima info jauh hari setelah kejadian.

Begitu juga sebaliknya informasi yang bersumber dari desa tersebut lambat diterima oleh warga yang berdomisili di desa-desa lainnya.

"Sekarang, desa kami sudah terisolir. Semua informasi yang datang pasti telat. Kita sudah nggak bisa lagi sekarang berikan informasi tepat waktu," kata Iskandar saat menyambangi pewarta di rumah makan
Laluna, Tarempa, kemarin.

Ia mengatakan, dulunya di desa tersebut sempat dibangun tower telekomunikasi untuk keperluan komunikasi dari VSAT meskipun kapasitas kuota VSAT tersebut terbatas hanya 5 - 6 pengguna. Namun, baginya itu sudah membantu karena desa tersebut merupakan salah satu desa yang
terdepan dari kabupaten ini.

"Masih mending ada VSAT dulu, bisa nelepon, paling tidak SMS-lah. Sekarang sudah jadi hiasan," ujarnya.

Yang parah, katanya, jika terjadi sesuatu yang sangat darurat seperti warga yang melahirkan dan sakit parah yang perlu mendapat perawatan medis di puskesmas maupun rumah sakit. Warga tidak dapat menghubungi tim medis untuk mendapatkan pertolongan dan bahkan tidak bisa menghubungi kapal ambulan untuk mengangkut pasien yang sekarat tersebut.

"Masalahnya tidak ada pompong (kapal kayu, red) ke Tarempa. Jadi, kita harus nunggu lama. Kalau tidak kita kirim orang ke Tarempa untuk cari bantuan. Ditambah lagi jalan dari Kiabu ke Tarempa yang lama.
Sudahlah, makin pening kami. Mau dihubungi tak ada sinyalnya, bukan hape-nya yang nggak ada," ujar Iskandar.

Terlebih lagi kekhawatiran warga Kiabu saat memasuki musim angin utara mengingat pada musim itu kondisi cuaca yang tidak bisa dipastikan dan ditambah lagi gelombang lautan yang tinggi membuat desa ini semakin terisolir. Pasalnya tak satupun kapal nelayan yang berani melintasi lautan di musim seperti itu.

"Sudah makin parahlah desa kami tuh. Kami tak bisa menghubungi keluar, yang dari luar juga tidak bisa menghubungi kami," kata Iskandar dengan mata berkaca-kaca. (*)

Editor: Roelan