Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Otak Orang-orang Bilingual Sudah Terbiasa 'Berpikir Keras'
Oleh : Redaksi
Senin | 17-11-2014 | 11:19 WIB

BATAMTODAY.COM - ORANG-orang yang berbicara dwibahasa mungkin memiliki otak yang lebih efisien dalam pengolahan bahasa dan tugas-tugas lain. Mereka telah "terlatih" untuk berpikir keras untuk membedakan kedua bahasa yang digunakan.

Para ilmuwan telah lama berasumsi bahwa "keuntungan dwibahasa" -yang kemampuan untuk menyaring informasi penting di antara materi tak penting- berasal dari bagaimana orang-orang dengan bilingual memproses bahasa. Studi baru memperkuat asumsi tersebut dan menunjukkan bahwa orang-orang bilingual lebih efisien dalam fungsi otak tingkat tinggi, seperti mengabaikan informasi yang tidak relevan, kata Ellen Bialystok, psikolog Universitas York di Toronto, yang tidak terlibat dalam penelitian .

Dalam studi tersebut, hasil pemindaian otak menunjukkan bahwa orang-orang yang berbicara hanya satu bahasa harus bekerja lebih keras untuk fokus pada satu kata, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Brain and Language, Rabu (12/11/2014).

Orang yang bilingual terus mengaktifkan kedua bahasa di otak mereka, memilih mana yang digunakan dan yang diabaikan, kata pemimpin studi Viorica Marian, seorang psikolog linguistik di Universitas Northwestern.

Dibandingkan dengan orang-orang yang hanya berbicara bahasa tunggal, "Bilingual jauh lebih baik dalam mengabaikan kata-kata yang tidak relevan," kata Marian kepada Live Science.

Dalam studi sebelumnya, Marian dan rekan-rekannya menemukan bahwa ketika orang-orang bilingual mendengar kata dalam satu bahasa, mereka sering melihat benda-benda yang namanya terdengar mirip dengan kata dalam bahasa kedua mereka. Dalam studi baru, para peneliti melihat bagaimana kemampuan untuk menyaring informasi memanifestasikan dirinya dalam otak.

Para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk memindai otak dari 35 orang dari University of Houston, termasuk 17 orang yang fasih dalam bahasa Spanyol dan Inggris, dan 18 orang yang hanya berbicara bahasa Inggris.

Selama percobaan, relawan mendengar nama obyek dan sekaligus menunjukkan gambar benda tersebut, serta sebagai objek dengan nama yang sama yang terdengar, dan dua benda yang tidak terkait. Sebagai contoh, mereka mungkin mendengar kata "awan," dan melihat gambar awan, badut, dan dua hal lainnya. Secepat mereka bisa, para relawan harus memilih gambar yang menunjukkan kata yang mereka dengar.

Orang bilingual tidak ada yang lebih cepat dalam melakukan tugas dibanding monolingual. Bagaimanapun berdasarkan hasil pemindaian, aktivitas otak mereka sangat berbeda.

Daerah otak yang terlibat dalam mengontrol fungsi tingkat tinggi pada orang-orang yang hanya berbicara dalam satu bahasa "menyala" lebih banyak dibanding rekan-rekan mereka yang berbicara dalam dua bahasa, termasuk penekanan pada arti kata. Dengan kata lain, otak monolinguals harus bekerja lebih keras untuk melakukan tugas tersebut, kata para peneliti.

Para peneliti membandingkan tugas dengan angkat berat di gym. "Orang-orang bilingual harus mengangkat lebih berat daripada yang monolingual karena mengalami persaingan dalam dan di antara kedua bahasa mereka sambil mendengarkan ucapan," kata para peneliti. "Tapi bilingual juga lebih kuat karena mereka secara mental sudah 'bekerja keras' seperti ini seumur hidup mereka."

Ilmuwan lain memuji studi pendekatan untuk mempelajari aktivitas otak dari orang bilingual ini. "Penelitian ini mengisi di salah satu bagian penting yang hilang dalam pemahaman kita tentang bagaimana bilingualis mengarah ke manfaat kognitif," kata Bialystok. (*)

Editor: Roelan