Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pengelolaan Sektor Perikanan di Lingga Dinilai Lemah
Oleh : Nur Jali
Jum'at | 14-11-2014 | 15:23 WIB
pasar ikan ilustrasi.jpg Honda-Batam
Ilustrasi pasar ikan.

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Pemerintah Kabupaten Lingga dinilai belum mengoptimalkan potensi sektor kelautan dan perikanan di wilayah tersebut. Padahal, bantuan untuk Lingga untuk pengembangan sektor ini selalu tak kurang.

Ketua Pemuda Pancasila Kabupaten Lingga, Arman mengatakan minimnya optimalisasi sektor kelautan dan perikanan dicontohkan dengan tidak terkelolanya sektor pemasaran ikan.

"Padahal, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga hampir setiap tahunnya, juga mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat melalui dana alokasi khusus di bidang perikanan, untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, sayangnya bantuan tersebut tidak dapat dikelola dengan baik," kata dia, Jumat (14/11/2014).

Arman mengatakan meski setiap tahun dinas terkait mengalokasikan bantuan untuk nelayan baik melalui dana alokasi khusus dari APBN maupun dana bansos dari APBD Lingga, namun belum terlihat peningkatan kesejahteraan nelayan di Lingga. Selain itu pendapatan daerah di sektor kelautan dan perikanan ini, boleh dibilang nihil.

"DKP Kita hampir setiap tahun memberikan bantuan ke nelayan, tapi pengelolaan di sektor perikanan kita minim, bahkan sangat kurang, pendapatan daerah di sektor ini jika dikelola dengan benar hasilnya akan cukup besar, karena kita ini wilayah laut" ungkapnya.

Salah satu contohnya adalah pemasaran hasil laut selama ini tidak terkelola dengan baik. Pemasaran ikan ini dimanfaatkan oleh para toke atau tengkulak yang membeli dengan harga yang sangat murah di Lingga, dan tidak pernah diawasi oleh dinas terkait, selain itu sebagian besar para penampung ini juga merupakan pengusaha dari luar Lingga.

"Ikan hasil laut kita dibeli murah, tapi para penampung ini menjual dengan harga mahal, biasanya ikan itu diangkut melalui kapal penumpang, dan dibawa ke Singapura dan Batam, tapi pemerintah kita tak pernah mengawasi," kata Arman.

Hasil di sektor perikanan di Lingga ini sangat menjanjikan, dalam seharinya para nelayan lingga ini dapat menghasilkan ratusan ton ikan yang memiliki nilai tinggi. Namun pendapatan daerah melalui sektor perikanan ini sangat kecil. Untuk kapal berkapasitas di atas 30 GT saja membayar pajak ke daerah hanya Rp200 ribu per tahunnya. Ini sangat kecil dibandingkan dengan pendapatan yang mereka dapatkan.

Akibat dari pengelolaan sektor perikanan yang buruk ini, tidak saja penjualan ikan yang murah namun berdampak juga pada harga ikan di pasaran. Meski Lingga memiliki hasil ikan yang cukup besar, namun harga ikan di pasaran lokal sangat tinggi.

"Ikan yang dijual mahal itu dari laut kita, tapi dibawa lagi ke Tanjungpinang, dari sana ikan yang tidak laku dijual lagi di pasar Dabo dan Lingga, dengan harga yang tinggi, biasanya dibawa pakai kapal penumpang," ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris DKP Kabupaten Lingga, Said Andri mengatakan, alasan pihaknya tidak memungut pajak yang tinggi dari hasil ikan karena sesuai dengan saran Kementerian Kelautan era SBY, dikatakan jika daerah mendapatkan bantuan dana alokasi khusus, maka pungutan pajak retribusi tidak boleh ada, namun jika tidak mendapatkan DAK baru boleh dipungut pajak retribusinya.

"Masalah pajak itu ada di Dinas Perizinan dan DP2KA, kami hanya menjalankan aturan, kita tak boleh pungut terlalu tinggi kalau ingin dapat," ungkapnya.

Sementara mengenai adanya kapal penumpang yang membawa ikan, Said mengatakan belum mengetahui masalah tersebut, karena sudah ada dinas yang menangani masalah muatan kapal dan pemasaran ikan tersebut. Namun dirinya juga akan melakukan pengecekan dan berkonsultasi dengan pimpinan dan dinas terkait.

Editor: Dodo