Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Risiko Autis 23 Persen Lebih Tinggi pada Bayi yang Dilahirkan Melaui Caesar
Oleh : Redaksi
Rabu | 29-10-2014 | 12:57 WIB

BATAMTODAY.COM - SEBUAH penelitian di Irlandia, Inggris, menunjukkan, bayi yang dilahirkan melalui operasi caesar lebih mungkin untuk mengembangkan autisma. Penelitian menemukan, prosedur kelahiran ini tampaknya meningkatkan peluang bagi si bayi menyandang autistik hingga seperempatnya,  meskipun tidak ada penjelasan yang jelas.

Tapi akademisi mendesak agar kaum perempuan tidak perlu khawatir kaerna keseluruhan risiko autisma masih sangat kecil. Di Inggris, 1 dari 4 bayi autistik yang dilahirkan melalui operasi caesar rata-rata telah meningkat empat kali lipat sejak 1970-an.

Kenaikan ini dikarenakan kaum wanita yang dianggap berisiko memiliki kelahiran yang rumit, sangat disarankan untuk memiliki operasi caesar karena lebih aman. Namun para peneliti dari University College Cork, Irlandia, melihat sejumlah studi yang ada yang menghubungkan operasi caesar dengan autisma. Mereka menemukan bahwa rata-rata meningkat risiko menyandang autistik sebesar 23 persen, meskipun tidak ada alasan yang jelas di balik itu.

Penelitian ini juga mencoba untuk melihat apakah ada hubungannya antara operasi caesar dengan gangguan pemusatan perhatian atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), meskipun temuan ini tidak meyakinkan.

Profesor Louise Kenny, salah satu penulis dan ahli kandungan berpengalaman, mengatakan, hubungan antara operasi caesar dan anak-anak yang mengembangkan autistik masih belum jelas.

"Orang tua harus diyakinkan bahwa risiko keseluruhan anak mengembangkan ASD (autism spectrum disorder) adalah sangat kecil dan bahwa ketika medis menunjukkan itu bisa menyelamatkan nyawa," katanya seperti dilansir Daily Mail.

Tapi Eileen Curran, penulis utama laporan tersebut, mengatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan mengenai kemungkinan adanya hubungan itu, mengingat banyaknya perempuan yang memilih operasi caesar.

"Mengingat angka peningkatan dari operasi caesar secara global, ini temuan mengingatkan (perlunya) penelitian lebih lanjut dengan kualitas yang lebih kuat menggunakan populasi yang lebih besar untuk menyesuaikan pembaur potensial yang penting dan mengeksplorasi mekanisme sebab-akibat yang potensial," tambahnya.

Sebelumnya, para ahli telah mengatakan kaitan sebenarnya bisa mengarah ke gen yang berarti bayi lebih mungkin untuk dilahirkan dengan proses yang sulit -dan kemudian mengembangkan autisma.

Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa wanita yang memilh operasi caesar cenderung lebih tua -dan bayi mereka juga berisiko lebih tinggi dengan kondisi tersebut.

Mereka mengimbau agar kaum perempuan untuk tidak merasa bersalah bahwa dengan operasi caesar mereka merasa telah merugikan perkembangan anak mereka. Peningkatan angka operasi caesar juga karena dokter menganjurkan untuk prosedur tersebut jika mereka berada pada risiko komplikasi tinggi.

Itu termasuk wanita yang kelebihan berat badan, diabetes, yang sebelumnya telah mengalami komplikasi saat melahirkan, atau yang memiliki kondisi kesehatan mental tertentu. Tetapi beberapa ahli telah menuduh dokter terlalu mengabulkan permintaan untuk melaksanakan operasi caesar untuk kondisi yang tidak membahayakan. Karena, wanita yang tidak ingin melahirkan secara alami juga dapat memilih untuk operasi caesar.

Selain ini operasi caesar ini sudah direncanakan atau sudah dipilih, perempuan lain juga akan mendapatkan operasi caesar dalam keadaan darurat jika mereka mengalami komplikasi selama persalinan.

Penelitian ini mengamati kedua jenis prosedur tersebut. Meskipun jauh lebih aman dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu masih ada risiko infeksi, pembekuan darah, dan kerusakan pada beberapa organ internal.

Pada 2012 sebuah studi oleh Imperial College London menemukan bahwa satu dari 10 pasien terinfeksi dan harus tinggal lebih lama di rumah sakit. (*)

Editor: Roelan