Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pasien Mata Bionik Australia Akan Coba Teknologi Baru
Oleh : Redaksi
Selasa | 28-10-2014 | 11:55 WIB
bionic eye.jpg Honda-Batam
Dianne Asworth. (Foto: smah.com,au).

BATAMTODAY.COM - Dianne Ashworth baru berusia 24 tahun dan baru melahirkan seorang anak laki-laki ketika dia didiagnosa menderita retinitis pigmentosa, penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan.

"Itulah kejutan terbesar," kata Ashworth. "Saya berpikir bagaimana seseorang bisa hidup di bumi ini tanpa bisa melihat?"

Hampir 30 tahun kemudian Dr Ashworth menjadi wanita Australia pertama yang menerima cangkok mata bionik.

Dia adalah satu dari tiga orang yang terlibat dalam percobaan pertama kalinya di dunia yang dilakukan Bionic Vision Australia, dan Ashworth baru-baru ini menerbitkan buku menceritakan pengalamannya.  Bukunya berjudul Eye Spy With My Bionic Eye.

Para peserta uji coba ini harus mendatangi lab setiap minggu untuk dipasangi peralatan 24-electrode, yang ditalikan ke sebuah implan kecil di belakang retina mata, yang kemudian disambungkan dengan sebuah komputer yang ditaruh di punggung.

Dr Ashworth, yang sekarang mengajar kuliah kerja sosial di Deakin University di Geelong mengatakan ketika peralatan itu dihidupkan pertama kali, dia sangat senang.

Sekarang dia bisa melihat cahaya dan bentuk yang sederhana.

"Ya hal yang sederhana, sehingga kita harus mengira-ngira ini bentuknya apa," ujarnya. "Tapi ini paling tidak memberikan gambaran dimana posisi saya dalam satu ruangan,"

Kebanyakan penelitian berlangsung di laboratorium namun Dr Ashworth mengatakan ketika para peneliti mengajaknya ke sebuah kafe lokal, dia bisa melihat bentuk barista yang sudah menyediakan kopi yang dibelinya selama dua tahun teraikhir.

"Bagi saya ini lebih pada fungsi sosial, bukan fungsi mobilitas, fungsi dimana saya bisa berinteraksi dengan seseorang dan saya tahu dimana keberadaan mereka," tambah Ashworth.

Dia mengatakan sangat tertarik untuk terlibat dalam penelitian lebih lanjut mengenai mata bionik, termasuk proyek terpisah yang akan membuat para peserta bisa mengenali wajah dan membaca tulisan besar.

"Saya akan senang bisa menjadi bagian dari penelitian seperti itu. Ini bukannya saya tidak senang karena saya buta, namun kalau kita bisa mengetahui atau melihat lebih banyak, semua akan membantu."

Para peneliti mengatakan tahap kedua dari percobaan mata  bionic ini sekarang sedang berlangsung.

Minggu lalu, mereka mendapat dana $ 1 juta (sekitar Rp 10 miliar) dari Dewan Riset Medis dan Kesehatan Nasional Australia.

Dr Lauren Ayton, pemimpin penelitian dari Pusat Penelitian Mata  mengatakan langkah selanjutnya adalah menggunakan komputer yang lebih kecil yang bisa digunakan di rumah.

"Langkah berikutnya adalah menggunakan peralatan yang bisa digunakan di rumah, di jalan, dan penuh waktu," katanya.

Sumber: Radio Australia