Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dokter Australia Cangkokkan Jantung yang Sudah Tidak Berdetak Lagi
Oleh : Redaksi
Senin | 27-10-2014 | 10:20 WIB
heart transplant console.jpg Honda-Batam
Konsol untuk memicu kembali jantung yang sudah tidak berdetak  (Foto: Victor Chang Institute/Radio Australia)

BATAMTODAY.COM - Untuk pertama kalinya di dunia, para dokter di Australia berhasil melakukan pencangkokan jantung yang sudah tidak berdetak lagi, yang menurut mereka akan membuka paradigma baru dalam soal donor organ.


Direktur Eksekutif Institut Victor Chang di Sydney Professor Bob Graham mengatakan teknik yang baru dikembangkan ini akan bisa menyelamatkan 20 sampai 30 persen orang yang mengalami masalah jantung.

Para dokter di Rumah Sakit St Vincent di Sydney berhasil mencangkokkan sebuah jantung yang sudah berhenti berdetak selama 20 menit.

Jantung itu dihidupkan kembali dengan sebuah alat pacu, dan kemudian disuntik dengan cairan yang dikembangkan oleh para peneliti di rumah sakit tersebut dan Pusat Penelitian Jantung Victor Chang setelah penelitian selama 12 tahun.

Kepada televisi ABC dalam acara The World Today, Professor Graham  mengatakan dalam kasus kebanyakan selama ini, jantung yang disumbangkan oleh mereka yang otaknya sudah tidak berfungsi, masih berfungsi menggunakan ventilator, yang berarti masih berdetak ketika dicangkokkan.

Dengan adanya teknik ini, lebih banyak jantung lagi yang bisa digunakan untuk pencangkokkan.

Professor Graham mengatakan korban yang sudah kehilangan fungsi otaknya antara 90-95 persen, pada umumnya akan mengalami gagal jantung, ginjal dan hati yang bisa berlangsung dalam bilangan jam sampai hari.

"Yang terjadi adalah bila ada seorang pasien yang otaknya sudah hampir tidak berfungsi, tinggal sedikit saja, sehingga mereka tidak bisa dikatakan mati.

"Dan bila sana keluarganya setuju agar mesin pembantu dimatikan, maka kemudian jantungnya secara perlahan akan berhenti dalam waktu 15 menit. Secara hukum, kita harus menunggu lagi lima menit untuk memastikan jantungnya benar-benar berhenti."

"Setelah itu, kita bisa mengambil jantungnya, dan menaruhnya di dalam konsol yang bisa dihubungkan dengan aliran darah ke jantung yang menyalurkan oksigen."

"Secara perlahan jantungnya akan berdetak lagi. Kami bisa juga memberikan cairan yang bisa mencegah kerusakan jantung karena tidak adanya oksigen."

Professor Graham mengatakan cairan bisa mengurangi kerusakan pada jantung, membuatnya lebih tahan untuk dicangkokkan dan meningkatkan fungsi jantung ketika dihidupkan kembali.

"Jadi dua hal ini (konsol dan cairan) merupakan kombinasi yang sangat bagus, memungkinkan pencangkokkan jantung yang sudah berhenti berdetak. Sebelumnya hal ini tidak pernah terjadi." kata Prof Graham lagi.

Professor Graham mengatakan pencangkokan pertama dilakukan terhadap seorang pasien wanita asal Sydney berusia 57 tahun, Michelle Gribilas, yang dilakukan tiga bulan lalu.

"Jantung pertama yang kami gunakan pada awalnya kelihatan sangat buruk, tidak berdetak sama sekali."

"Di saat jantung itu sampai di rumah sakit St Vincent dari tempat asal pasien donor, jantungnya terlihat lebih bagus. Dan ketika sudah berhasil dicangkokkan, terlihat lebih bagus lagi."

"Beberapa hari setelah operasi, kami melakukan pengecekan, dan semua fungsi jantung normal. Tidak ada bukti adanya kerusakan jaringan."

Kemudian mereka melakukan pencangkokkan kedua terhadap Jan Damen, seorang pria  berusia 44 tahun.

Professor Graham mengatakan teknik ini membuka opsi bagi pencangkokkan jantung di banyak negara dimana definisi seseorang dinyatakan meninggal adalah kematian otak, bukan kematian jantung.

"Di negara-negara ini, mereka tidak bisa melakukan pencangkokkan jantung. Sekarang membuka kesempatan di Jepang, Vietnam atau di tempat lain dimana definisi mati adalah matinya jantungnya, bukan matinya otak." kata Prof Graham.

Sumber: Radio Australia