Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

2015, Industri Roti Diperkirakan Meningkat 15 Persen
Oleh : Redaksi
Kamis | 23-10-2014 | 16:12 WIB
ilustrasi inudstri roti.jpg Honda-Batam
Industri roti. (Foto: vibizportal.com)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Industri roti dan kue diperkirakan akan terus meningkat hingga 15 persen pada 2015. Potensi kenaikan ini menyusul peningkatan sejak tahun sebelumnya yang mencapai 12 persen dengan omzet total Rp17 triliun.

"Hingga September 2014, perkiraan omzetnya mencapai Rp20 triliun," kata Chris Hardijaya, Ketua Komite Tetap Makanan Tradisional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, di Jakarta, yang dikutip dari Inverstor Daily, Kamis (23/10/2014).

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang mendorong kenaikan omzet industri kua dan roti, antara lain kesejahteraan masyarakat yang terus membaik dan situasi politik dan ekonomi yang semakin stabil.

"Kesejahteraan kita bertambah. Di kota besar malah sekarang orang enggak ada yang pagi-pagi cari nasi uduk, mereka makan roti. Ini yang membuat peningkatan 'bakery' Indonesia rata-rata dua digit setiap tahun," ungkapnya.

Selain itu, pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi harapan baru atas perkembangan industri roti dan kue yang mayoritas pelakuknya adala usaha mikro, kecil dan menengah. Menurut Chris, sesuai janji kampanye, pemerintah Jokowi akan fokus mendorong perkembangan UMKM Indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain.

"Pak Jokowi sangat 'concern'. Harapannya ia benar-benar akan mengembangkan UMKM kita," ujarnya.

Kendati diprediksi terus berkembang pesat, Ketua Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia itu mengatakan masih ada tantangan yang mesti dihadapi seperti kenaikan bahan bakar minyak dan listrik sertanya tingginya impor bahan baku.

"Mudah-mudahan isu kenaikan BBM nanti tidak begitu mempengaruhi. Kalaupun jadi naik (pada November ini), dampaknya biasanya satu hingga dua bulan jadi tahun depan sudah bisa stabil," ucapnya, berharap.

Dikatakan Chris, kenaikan listrik dan elpiji yang terjadi selama 2014 sudah menambah biaya produksi hingga 4 persen. Kenaikan tersebut akhirnya mendorong harga jual naik 10 hingga 15 persen di tingkatan terbawah.

Sementara impor bahan baku seperti gandum dan terigu, diakuinya, masih sulit dilakukan. Pasalnya, tepung terigu dan gandum merupakan bahan utama dalam pembuatan roti dan kue.

"Yang paling mungkin adalah menggunakan bahan baku lain seperti ubi atau labu. Bukan substitusi tepung atau gandum, tapi tambahan bahan utamanya," ujarnya. (*)

Editor: Roelan