Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dunia Berpotensi Rugi $1 Triliun Akibat Air Laut Semakin Asam
Oleh : Redaksi
Sabtu | 18-10-2014 | 15:41 WIB
coral_reef.jpg Honda-Batam
Foto: net

BATAMTODAY.COM - EKONOMI dunia akan merugi hingga $1 triliun dolar AS akibat peningkatan keasaman air laut. Hal ini terungkap dari laporan Perserikatan Bangsa-(PBB) Bangsa yang diluncurkan di Pyeongchang, Koreao baru-baru ini.

Kerugian ini terkait kerusakan terumbu karang yang menjadi spesies paling rentan akibat peningkatan keasaman air laut.

Laporan berjudul "An Updated Synthesis of the Impacts of Ocean Acidification on Marine Biodiversity" ini diluncurkan bersamaan dengan acara pertemuan multipihak di Konferensi Keanekaragaman Hayati ke 12 atau COP-12 CBD.

"Saat ekosistem tak lagi menjalankan fungsinya dengan baik, jasa dan manfaat yang mereka berikan akan terus menurun. Dalam kasus terumbu karang, mata pencaharian penduduk yang akan menjadi taruhannya," ujar Salvatore Arico, juru bicara kebijakan keanekaragaman hayati sebagaimana dikutip dalam berita UNESCO (UN Educational, Scientific and Cultural Organization).

Peningkatan keasaman air laut dipicu oleh peningkatan emisi CO2 akibat ulah manusia. Tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati di laut, kondisi ini juga mengancam kehidupann manusia. Terumbu karang berperan penting dalam jejaring makanan, menjadi tempat perkembang biakan biota laut.

Para ilmuwan menyimpulkan, keasaman air laut telah naik 26% sejak masa pra-industri dan akan terus meningkat dalam 50 hingga 100 tahun mendatang. "Angka kerugian $1 triliun sangat besar.Kerugian ini berasal dari berbagai macam industri, termasuk industri wisata dan farmasi yang bergantung pada kelestarian keanekaragaman hayati di laut," ujar Arico.

Menurut tim peneliti, tak ada pilihan lain selain mengurangi dan kemudian menghentikan emisi CO2, terutama setelah masa berlaku Protokol Kyoto. Negosiasi pengurangan emisi global dalam kerangka UNFCCC (UN Framework Convention on Climate Change) akan berlangsung di Lima, Peru akhir tahun ini dan di Paris, Perancis tahun depan.

Peningkatan keasaman air laut harus menjadi salah satu kajian utama dalam negosiasi ini sehingga terwujud aksi yang berarti dalam mengurangi emisi CO2. (*)

Sumber: hijauku.com