Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mayoritas Lansia di Singapura Tak Mau Pensiun
Oleh : Redaksi
Kamis | 16-10-2014 | 17:03 WIB
elderly-people-gather-to.jpg Honda-Batam
Lansia di Singapura. (Foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Singapura - Sebagian besar orang tua lanjut usia (lansia) di Singapura tertarik untuk terus bekerja setelah pensiun. Demikian hasil survei yang dilaporkan Institute of Policy Studies(IPS) yang diselenggarakan oleh Dewan untuk Usia Ketiga (Third Age). Ada sebanyak 2.000 lansia berusia 50 - 74 tahun yang disurvei seperti yang dilansir Channel NewsAsia.

Survei yang dirilis pada Rabu (15/10/204) itu menemukan bahwa 90 persen responden merasa bahwa bekerja setelah pensiun adalah cara yang baik untuk tetap mandiri secara finansial, tetap terhubung dengan masyarakat, dan tetap memiliki harga diri.

Hanya 53 persen dari responden mengatakan ada kesempatan kerja yang memadai untuk lansia di pasar kerja saat ini. Hampir setengahnya (48 persen) mengatakan tidak ada pekerjaan yang cocok yang bisa menyamai kualifikasi dan pengalaman mereka.

Survei mencatat persepsi yang luar biasa -lebih dari 60 persen responden- bahwa majikan potensial lebih memilih untuk mempekerjakan pekerja yang lebih muda. Sekitar sepertiga juga mengatakan mereka merasa kurangnya keterampilan berburu pekerjaan adalah penghalang untuk tetap bekerja.

Pekerjaan adalah satu masalah yang kompleks untuk lansia di Singapura, kata para peneliti laporan itu. "Peningkatan optimisme kerja harus melibatkan baik pengguna dari pengusaha dan juga harapan yang lebih realistis yang lebih besar oleh para lansia tentang pekerjaan dan kebutuhan untuk pelatihan ulang," kata laporan itu.

"Mendesain ulang pekerjaan untuk membuatnya lebih mudah dikelola dan fleksibel merupakan langkah ke arah yang benar, karena memungkinkan lansia untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja, meskipun mudah-mudahan dengan kecepatan mereka merasa nyaman dengan."

Studi ini juga menemukan bahwa sebagian besar dari para lansia di Singapura memiliki sikap positif terhadap belajar sepanjang hayat. Hampir 90 persen mengatakan itu membantu mereka untuk tetap relevan, sementara lebih dari 60 persen mengatakan hal itu dapat membantu mereka meningkatkan keterampilan mereka untuk maju dalam karir mereka.

Namun, hanya 58 persen responden yang memiliki pengetahuan tentang program pendidikan lanjutan dan pelatihan yang ditawarkan di tempat-tempat yang diakses oleh mereka. Sementara hanya 17 persen telah bertanya tentang kursus yang bisa membantu mereka tetap dipekerjakan.

Responden juga mengatakan mereka lebih suka kelas yang pengaturannya tak begitu formal untuk belajar.  (*)

Editor: Roelan