Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Shaggydog Rekam Lagu 'Pion' Bersama Sujiwo Tejo
Oleh : Redaksi
Rabu | 08-10-2014 | 09:19 WIB
shaggy.jpg Honda-Batam
Shaggydog. (Foto: Istimewa).

BATAMTODAY.COM - Shaggydog melangsungkan prosesi rekaman sebuah lagu bertajuk "Pion" bersama Sujiwo Tejo di studio Doggyhouse Records, akhir pekan lalu. Seniman kawakan tersebut menyumbangkan isian saksofon dan tembang macapat. 


Bersama potongan lirik seperti "Aku dan kamu hanyalah pion, kita semua hanyalah penonton di tengah permainan para penguasa" disokong dengan koor "na na na na" yang menunjang rasa ska yang kolosal, "Pion" memang diproyeksikan sebagai cerminan rasa prihatin akan kondisi sosial-politik nasional. 

Kecocokan sikap politik pula yang menjadi salah satu alasan unit raksasa ska itu menggaet figur Sujiwo Tejo. Ditemui langsung dari kantor Doggyhouse Records, Heru selaku vokalis menukaskan, "Kalau aku lihat pandangan politik Sujiwo Tejo secara sosial politik, ia lebih melihat kondisi Indonesia itu dengan tidak memihak. Lebih dari mata rakyat. Sama seperti saya dan Shaggydog." 

"Di negeri ini kita harus percaya sama siapa lagi? Dan lagu ini adalah seperti itu, bahwa kita itu sebenarnya cuma orang kecil di tengah permainan catur yang besar," imbuhnya mengenai lagu "Pion" yang akan dimuat dalam album baru yang kini masih tengah dalam proses penggarapan.

Sujiwo Tejo berkomentar, "Aku pertama dengar (lagu) itu saat dikirim oleh Heru (pada) bulan Ramadhan kemarin. Begitu aku dengar, aku tertarik sama ritme 'na na na na'-nya itu. Dalam bayanganku, itu akan sangat mudah dinyanyikan oleh siapapun, tak hanya oleh orang Jawa."

Selain isian lantunan suluk (tembang Jawa yang biasa dinyanyikan dalang dalam adegan pewayangan) berupa tembang macapat Asmaradhana dan Maskumambang yang memukau, menarik pula menyimak permainan saksofon bernada Minang dari Sujiwo Tejo di lagu tersebut. 

"Mulanya saya berpikir, yang dicari dari seniman itu kan sifat khas permainannya," terangnya. "Nah, dari situ aku cari inspirasi. Aku ingin bikin warna seperti trumpet tradisional Indonesia. Entah itu sisingaan Subang atau reog Ponorogo, yang nadanya belok dan lebih sember." 

Tatkala dimintai pendapat tentang musik ska, Sujiwo Tejo menuturkan, "Saya nggak tahu apakah ini akan menyinggung orang-orang dangdut, dengan segala hormat. Saya juga suka dangdut. Dangdut-dangdutnya Rhoma atau Hamdan Att yang 'Lebih baik aku kau bunuh' (bersenandung), reffrain-nya bagus banget." 

"Tetapi dengan permohonan maaf, dangdut itu hanya mengajak kita untuk berlarat-larat, secara ritme nggak bisa jadi sebuah pemberontakan, Sementara (hal) itu ada di ska. Teriakannya itu teriakan yang memberontak. Itu yang membedakan," pungkasnya.

Rencananya, Sujiwo Tejo, yang di antaranya dikenal juga sebagai dalang, penulis, hingga aktor, hendak menggarap sebuah proyek novel dan album opera cerita pewayangan, sebuah single tentang Asmaa'ul Husna dan album musik natal dengan bahasa Jawa.

Sumber: Rolling Stone