Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Polisi Jerman Rekonstruksi Tindak Kejahatan dengan Jejak Genetika
Oleh : Redaksi
Jum'at | 19-09-2014 | 14:09 WIB
genetika.jpg Honda-Batam
Ilustrasi/net.

BATAMTODAY.COM - KETIKA terjadi pembunuhan, maka yang pertama kali dicari oleh kepolisian di tempat kejadian perkara, selain sidik jari, adalah jejak biologis pelaku. Melalui analisis DNA, atau sidik jari genetika, kepolisian sudah berulangkali menuntaskan kasus kriminal.

Namun studi terbaru menunjukkan, versi DNA yang lebih kecil, yakni Micro-RNA, juga dapat membantu mengungkap pelaku kejahatan. "Dengan DNA kami bisa mengidentifikasi siapa yang berbuat, siapa korbannya, dll. Sementara dengan RNA saya bisa mengungkap apa yang terjadi," kata pakar biologi dan genetika forensik, Cornelius Courts, di Institut Patologi Forensik di Universitas Bonn.

Di lembaga inilah ia mencari metode baru untuk memanfaatkan Micro-RNA untuk mengungkap kejahatan. Melalui Mikro-RNA Courts mengaku bisa mengurut organ tubuh yang terkena tembakan atau tusukan pisau, "dan mengurai berbagai jenis jejak yang tercampur aduk."

Merekonstruksi kejadian perkara adalah salah satu kunci utama dalam mengungkap tindak kejahatan. Jejak dari TKP pun harus dianalisis secara rinci.

Setiap organ tubuh manusia memiliki molekul Micro RNA-nya sendiri. Melalui molekul tersebut tim forensik bisa mengidentifikasi organ tubuh korban yang terkena tusukan atau tembakan.

"Jika senjata melukai organ dalam, misalnya hati, maka kita akan menemukan jaringan hati atau jejak jaringan hati. Maka informasi itu penting untuk memutuskan kasusnya."

Analisis jejak Micro-RNA juga berguna untuk mengungkap delik kejahatan seksual. Karena cairan tubuh seperti darah, air liur atau sperma, bisa dibedakan dengan pola Micro-RNA-nya masing-masing.

"Jika kita menemukan jenis Micro-RNA yang cuma muncul di sperma, maka kita punya bukti yang kuat," kata Court.

Peneliti mengolah sampel dengan berbagai jenis zat kimia untuk memancing keluar Micro-RNA dari jejak yang telah diamankan. Dengan metode analisis khusus, mereka dapat membuat profil Micro-RNA yang mengungkap informasi rinci mengenai komposisi sebuah jejak.

Tembakan dari jarak dekat misalnya, menyisakan jejak jaringan organ dan darah korban -dan dengan begitu juga Micro-RNA yang menempel pada moncong senjata. Micro RNA yang kecil tapi stabil itu bahkan tidak rusak jika pelaku menembakkan lagi senjatanya.

Hebatnya, jika mayat korban tidak ditemukan pun, polisi bisa membedakan apakah korban ditembak di kepala atau di bagian tubuh lain.

"Jika kepala korban ditembak maka kami akan menemukan jaringan otak pada laras senjata. Dan kami akan mencari Micro RNA yang cuma ada di jaringan otak. Jika kami menemukannya maka bisa dipastikan korban ditembak di bagian kepala."

Saat ini pun Micro-RNA sudah digunakan untuk merekosntruksi tindak kriminal. Namun baru beberapa tahun ke depan metode ini akan digunakan secara rutin oleh kepolisian di Jerman. Itu pun jika metode ini lolos semua uji kelayakan. (*)

Sumber: Deustche Welle