Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Revolusi Mental Polisi Perbatasan
Oleh : Saibansah Dardani
Jum'at | 19-09-2014 | 08:57 WIB
polisi dipecat.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

Bukan sekali, kehormatan Korps Tribrata tercoreng oleh ulah anggotanya sendiri. Yang lebih memalukan, terjadi di negeri jiran, Malaysia. Harus ada revolusi mental polisi perbatasan.

REVOLUSI. Kata ini disandingkan oleh Presiden Terpilih Joko Widodo dengan kata, mental. Ya, revolusi mental. Ini salah satu target utama yang ingin direalisasikan oleh Jokowi-JK lima tahun mendatang. Mental para birokrat, mental para penegak hukum, mental para pengusaha, mental para tentara, termasuk mental seluruh anggota polisi di Indonesia, menjadi target yang akan direvolusi. Khususnya, polisi di perbatasan. Mental mereka harus segera direvolusi. 

Revolusi mental polisi perbatasan itu mendesak segera direalisasikan. Karena sejumlah fakta telah membuktikan, bahwa godaan mereka di perbatasan sangatlah kuat. Jika mental mereka rapuh, maka mereka akan menjadi target empuk untuk direkrut jaringan mafia di perbatasan. Ada banyak jenis godaan yang dihadapi polisi di perbatasan. Mulai dari godaan dari jaringan mafia narkoba, jaringan mafia penyelundup solar, mafia perdagangan manusia, mafia penyelundup barang-barang elektronik dan sebagainya. Semua godaan itu menawarkan kemewahan dengan cara yang mudah, bahkan sangat mudah. 

Sekadar memberi contoh, kasus Bripka Nur Jali  (36), oknum anggota Kepolisian Sektor Nongsa, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau yang terbukti terlibat jaringan narkoba internasional. Rekeningnya membengkak dengan cara mudah. Yaitu, “menyewakan” rumahnya barang sehari-dua, sebagai tempat penyimpanan narkoba. So pasti, nilai narkoba yang diparkir di rumahnya itu mencapai miliaran rupiah. 

Kasus Bripka Nur Jali itu terjadi Februari 2014 lalu. Kasus terbaru terjadi pada Selasa, 16 September 2014 lalu di Dabo Singkep Provinsi Kepri. Seorang anggota Polres Lingga sekarang sudah mendekam di sel yang barangkali pernah dijaganya. Kasusnya juga sama, narkoba. Polisi yang menangkap pengedar narkoba, tapi justru menjadi bagian dari jaringan pengedar narkoba. Sungguh, satu kasus yang benar-benar telah mencoreng kehormatan Tribrat. Sayangnya, kasus ini jamak terjadi di wilayah perbatasan Indonesia. 

Kasus yang paling memalukan justru dilakukan oleh seorang perwira menengah berpangkat AKBP. AKBP Idha Endri Prastiono dan Bripka MP Harahap, yang bertugas di Polda Kalimantan Barat.  Keduanya sempat ditangkap oleh Polisi Diraja Malaysia (PDM) karena diduga terlibat jaringan narkoba internasional. Terlepas bahwa keduanya lolos dari tiang gantungan di negeri jiran itu, tapi semua itu telah mencoreng kehormatan korps Tribrata. 

Di perbatasan Provinsi Kepri, rayuan dan godaan para mafia itu begitu kuat. Apalagi, ditambah dengan gaya hidup masyarakatnya yang konsumtif dan hedonis, menambah kuatnya tekanan kepada mental para polisi di perbatasan itu. Tidak ada solusi paling efektif untuk menangkal semua godaan itu, kecuali dengan revolusi mental. Para komandan seluruh satuan harus terus mengingatkan para anak buahnya. Terutama, mengingatkan diri sendiri, akan sumpah Tribrata yang dulu mereka ucapkan saat pendidikan. 

Maka, untuk menyegarkan kembali sumpah Tribrata itu, berikut penulis tampilkan kembali : 1. Berbakti Kepada Nusa dan Bangsa, Dengan Penuh Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Masa Esa. 2. Menjunjung Tinggi Kebenaran, Keadilan dan Kemanusiaan, Dalam Menegakkan Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945. 3. Senantiasa Melindungi, Mengayomi dan Melayani Masyarakat Dengan Keikhlasan Untuk Mewujudkan Keamanan dan Ketertiban. 

Semoga, dengan membaca kembali sumpah prajurit itu, roh pengabdian dan jiwa melayani serta mengayomi masyarakat dengan ikhlas itu terus bergelora dalam jiwa para anggota Tribrata di perbatasan Kepri. Cukuplah gaji dan renumerasi dari negara untuk menghidupi anak istri. Itu halal dah barokah, jika disyukuri. Ingat, menuruti nafsu itu takkan pernah ada ujungnya. Jangan sampai seragam kehormatan warna coklat itu harus dicopot paksa oleh Kapolda Kepri. Di hadapan para atasan dan rekan seangkatan. Sudah pasti, disorot kamera media. Malu! 

Saibansah Dardani, Redaktur Senior BATAMTODAY.COM dan Sekretaris PWI Kepri