Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mulai 10 September, Harga Elpiji 12 Kg Naik Rp1.500 Per Kg
Oleh : Redaksi
Kamis | 11-09-2014 | 10:30 WIB
elpiji-12kg.jpg Honda-Batam
Foto: net

BATAMTODAY.COM, Jakarta - PT Pertamina (Persero) pada Rabu (10/9/2014) telah memutuskan untuk menaikkan harga elpiji non-subsidi kemasan 12 kilogram. Kenaikan harga itu dipicu tingginya harga elpiji di pasar internasional dan turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan beban kerugian perusahaan akan semakin tinggi.

Penyesuaian harga diputuskan sebesar Rp1.500 per kg (nett Pertamina) terhitung sejak 10 September 2014 pukul 00.00 waktu setempat.

Melalui siaran persnya, Pertamina menyatakan, kebijakan korporasi ini ditetapkan setelah mendengarkan masukan pemerintah dalam rapat koordinasi di Kementerian Perekonomian tanggal 8 September 2014 sehingga Pertamina dapat menyesuaikan harga sesuai dengan Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2009 tentang Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Selain itu, penyesuaian tersebut merupakan pelaksanaan roadmap penyesuaian harga elpiji 12 kg secara berkala sesuai hasil rapat konsultasi pemerintah dengan BPK RI pada 6 Januari 2014 lalu. Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata elpiji 12 kg nett dari Pertamina menjadi Rp7.569 per kg dari sebelumnya Rp6.069 per kg.

Apabila ditambahkan dengan komponen biaya lainnya, seperti transportasi, filing fee, margin agen dan PPN, maka harga jual di agen menjadi Rp9.519 per kg atau Rp114.300 per tabung dari sebelumnya Rp7.731 per kg atau Rp92.800 per tabung.

Menurut pihak Pertamina, jika dibandingkan dengan harga keekonomian elpiji, harga jual tersebut masih jauh di bawah keekonomiannya. Berdasarkan rata-rata CP Aramco year on year (yoy) Juni 2014 sebesar US$891,78 per metrik ton dan kurs Rp11.453 per US$, ditambah komponen biaya seperti di atas, maka harga keekonomian elpiji 12kg saat ini seharusnya Rp15.110 per kg atau Rp181.400 per tabung.

Dengan penyesuaian tersebut diharapkan dapat menekan kerugian bisnis elpiji 12 kg pada tahun 2014 sebesar Rp452 miliar sehingga menjadi Rp5,7 triliun dari prognosa semula Rp6,1 triliun dengan proyeksi tingkat konsumsi elpiji 12kg mencapai 907.000 metrik ton. Kerugian ini dinilai masih melebihi proyeksi RKAP 2014 sebesar Rp5,4 triliun yang dipatok pada asumsi CP Aramco sebesar US$833 per metrik ton dan kurs Rp10.500 per US$.

Untuk itu, Pertamina juga telah menyampaikan kembali roadmap penyesuaian harga elpiji 12 kg secara berkala dalam rapat koordinasi dengan pemerintah, di mana penyesuaian tersebut dapat dilakukan secara otomotis setiap enam bulan hingga mencapai harga keekonomian di tahun 2016.

Sementara, untuk menjamin kelancaran pasokan kepada konsumen, Pertamina memastikan ketersediaan suplai elpiji di masyarakat baik untuk elpiji 12 kg maupun elpiji 3 kg antara lain dengan meningkatkan stok elpiji, dimana status hari Rabu kemarin dalam kondisi aman di atas 16 hari. Pertamina juga melakukan optimalisasi jakur distribusi elpiji melalui SPBU dan juga modern outlet.

Selanjutnya, Pertamina juga melakukan monitoring distribusi elpiji 3 kg sampai pangkalan dengan aplikasi SIMOL3K (Sistem Monitoring Penyaluran Elpiji 3kg). Dalam menyonsong penyesuaian harga ini, Pertamina juga telah melakukan sosialisasi kepada stakeholder dan pengguna elpiji secara kontinyu.

Sementara itu, dari total proyeksi konsumsi elpiji tahun ini sebesar 6,11 juta metrik ton, hanya sekitar 2,5 juta metrik ton yang dapat disediakan oleh total kapasitas produksi domestik, di mana seluruhnya telah diserap Pertamina. Dengan demikian, maka pemenuhan kebutuhan elpiji harus diimpor sekitar 59 persen. (*)

Editor: Roelan