Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Terumbu Karang di Pulau Temoyong Rusak Parah Akibat Ditabrak Tanker Mex de Ocean 1
Oleh : Gokli Nainggolan
Sabtu | 06-09-2014 | 17:40 WIB
tanker_max_de_ocean.jpg Honda-Batam
Tanker Mex de Ocean 1 di saat menabrak terumbu karang di perairan Pulau Temoyong, Kecamatan Bulang. (Foto: ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kapal tanker bernama Mex de Ocean 1 dilaporkan telah menabrak terumbu karang di sekitar perairan Pulau Temoyong, Kecamatan Bulang, Batam. Dampaknya, ekosisitem laut di perairan tersebut rusak, bahkan memberi dampak bagi mata pencaharian nelayan pulau-pulau sekitar Kecamatan Bulang.

Informasi yang dihimpun di lapangan, tanker Mex de Ocean 1 dengan nomor lambung GT: 767 No 5415/PPm 2013 PPm No. 3198/L itu dilaporkan menabrak terumbu karang di lokasi 700 meter dari Pulau Temoyong pada Sabtu (30/8/2014) dinihari lalu sekitar pukul 01.00 WIB. Bahkan, kapal itu sempat terdampar sampai tiga hari hingga dilakukan penarikan oleh pemilik yang disebut-sebut PT Majesty Group.

Mex de Ocean 1 itu berlayar dari wilayah Sungai Guntung, Indragiri Hilir, Riau, menuju Tanjunguncang, Batam. Entah sengaja memotong jalur atau seperti apa, tanker itu melintas dari perairan Pulau Temoyong dan menambrak terumbu karang yang ada di situ.

Satu pekan setelah terumbu karang ditabrak, nelayan pun mulai merasakan perairan Pulau Temoyong tak lagi menjadi lokasi tangkapan ikan yang menjanjikan seperti dulu. Nelayan pulau-pulau sekitar Kecamatan Bulang yang saban harinya menaruh harapan di perairan itu kian pupus, setelah tumpukan karang tempat berkumpulnya ikannya ikan hancur.

"Nelayan kesulitan mendapatkan ikan. Perairan Pulau Temoyong sudah tak menjanjikan lagi. Itu semua karena terumbu karang rusak ditabrak kapal tanker," kata Ismail, salah satu nelayan yang ditemui di sekitar Jembatan I Barelang, Sabtu (6/9/2014) sore.

Menanggapi keluahan para nelayan itu, Ketua Forum Pemuda Pulau (Forpul), Asrol, mengatakan, pemilik kapal dalam hal ini PT Majesty, harus bertanggung jawab dengan kerusakan laut di sekitar Pulau Temoyong. Tak hanya itu, kata dia, masyarakat nelayan dari berbagai pulau sekitar Kecamatan Bulang, yang saban hari menangkap ikan di perairan itu juga harus mendapatkan kompensasi.

"Perairan Pulau Temoyong satu-satunya lokasi tangkapan ikan yang menjanjikan untuk nelayan. Kalau terumbu karang rusak bahkan hancur, akan sangat berimbas kepada nelayan. Kami berharap pemilik kapal bertanggung jawab," pungkas dia, yang diamini puluhan nelayan.

Asrol menambahkan, setelah mendapat informasi terumbu karang ditabrak tanker pada Sabtu lalu, dia bersama warga lainnya sempat tak percaya. Tetapi, setelah turun langsung ke lokasi, ternyata apa yang dikeluhkan masyarakat itu benar. Terumbu karang itu pun kini sudah hancur.

"Memang benar itu musibah, tetapi imbasnya jelas ada. Permintaan nelayan tak muluk-muluk, pemilik kapal harus bertanggung jawab. Apalagi, perairan itu bukan jalur lintas kapal tanker," jelasnya.

Perairan Pulau Temoyong yang bukan jalur lalu lintas tanker, kata Asrol, timbul dugaan mereka ada unsur kelalaian dari kapten kapal atau memang ada unsur kesengajaan. Tentu, lanjutnya, Pemerintah Kota Batam melalui dinas terkait harus bertindak dengan memberikan sanksi tegas terhadap pemilik kapal.

"Pemerintah selalu menyerukan melestarikan terumbu karang. Sekarang jelas-jelas sudah rusak karena tanker, tentu harus diberi sanksi tegas kepada pemilik kapal itu," sebutnya.

Belakangan didapat informasi, para nelayan bersama Forpul merencanakan akasi unjuk rasa menuntut pertanggungjawaban pemilik kapal. Meski waktunya belum ditentutan, rencana melakukan aksi itu disambut baik para nelayan. (*)

Editor: Roelan