Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Logo HPN Kepri 2015 Diluncurkan di Depan Presiden SBY
Oleh : Surya Irawan
Sabtu | 06-09-2014 | 09:54 WIB
sby-sani pwi.jpg Honda-Batam
Presiden SBY memberi buku tentang dirinya kepada Gubernur Kepri H.M. Sani di Grand Hyatt Jakarta. (Foto: Istimewa).

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Logo Hari Pers Nasional (HPN) Kepri 2015 berbentuk Cogan diperkenalkan di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bersamaan dengan acara Silaturahim Pers Nasional dan Peluncuran Buku berjudul "SBY dan Kebebasan Pers : Testimoni Komunitas Media" di Hotel Grand Hyatt Jakarta, Jumat (5/9/2014).

Momentum itu juga dimanfaatkan oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, H. Margiono untuk menyampaikan secara terbuka kepada seluruh insan pers di Indonesia, bahwa hajatan HPN 2015 akan dilaksanakan di Batam Provinsi Kepri. 

"Untuk itu, pada malam hari ini hadir Gubernur Provinsi Kepri," ujar Margiono.

Ditambahkan Ketua Umum PWI Pusat itu lagi, penerbitan buku tentang SBY yang ditulis oleh 32 orang wartawan senior, akademisi dan tokoh pers dimaksudkan untuk memberikan kenang-kenangan untuk Presiden SBY. Juga, sebagai bentuk apresiasi kepada SBY karena selama 10 tahun ini telah membangun kebebasan pers di Indonesia. 

"Tapi ya itulah namanya wartawan, di saat menulis buku sebagai kenang-kenangan, masih juga sempat-sempatnya mengkritik," papar Margiono.

Sebelum diluncurkan, Ketua Dewan Pers, Bagir Manan menyampaikan testimoninya, selama pemerintahannya, Presiden SBY memberi ruang kemerdekaan bagi pers di Indonesia. Meskipun mendapat kritik yang bertubi-tubi, tapi SBY hanya sampai pada ungkapan, "kok saya diperlakukan tidak adil ya" itu saja. Tidak pernah SBY maupun pemerintahnya melakukan perlawanan kepada pers yang mengkritiknya secara tajam. 

"Inilah pilihan demokrasi, mengkritik dengan penuh respek dan menerima kritik dengan hati terbuka," tutur Bagir Manan.

Sementara itu, Presiden SBY sesaat sebelum melaunching bukunya mengatakan, selama 10 tahun pemerintahannya yang akan berakhir tanggal 10 Oktober 2014 mendatang, selalu terbuka terhadap kritik pers. Karena tanpa kritik dari pers, maka dirinya tidak akan bertahan selama 10 tahun memerintah. Karena hubungan antara pers dan pemerintah dalam iklim demokrasi itu ibarat hate and love, benci tapi rindu.

"Itulah indahnya demokrasi," tegas SBY.

Ditambahkan SBY, selama ini dirinya dan keluarga selalu menghadapi kritik itu dengan terbuka. Bahkan, terkadang Ibu Negara Ani Yudhoyono agak mengeluh, itu manusiawi, mengapa dirinya diperlakukan seperti oleh pers. "Memang kehidupan seorang presiden tidaklah mudah. Saya berpesan,  kritiklah pemerintah tapi jangan dibenci, karena mereka ingin berbuat yang kebaikan bangsanya," paparnya.

Seusai melaunching bukunya, Presiden SBY memberikan buku itu kepada Gubernur Kepri Muhammad Sani, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Komaruddin Hidayat dan Bos Artha Graha Tomy Winata. 

Editor: Dodo