Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sejuta Kapal Nelayan Modern
Oleh : Saibansah Dardani
Selasa | 02-09-2014 | 10:11 WIB
kapal_nelayan_modern_RT.jpg Honda-Batam
(Foto: Riau Terkini).

Jika luasnya laut Indonesia Raya telah dilayari sejuta kapal tangkap ikan modern milik nelayan kita sendiri, masihkah Rp100 triliun hasil kekayaan laut kita akan hilang tiap tahun?

SEBAGAI orang yang berada di belakang barisan golongan optimis, penulis melihat titik terang di atas laut republik ini. Yaitu, pada saat sejuta kapal tangkap ikan modern, lengkap dengan berbagai alat pemburu ikan berikut pengolahannya, mulai mondar-mandir mengarungi nusantara. Dengan kapal minimal berbobot mati 30 gross ton (GT), maka para nelayan kita akan dapat berdiri tegak berhadapan dengan nelayan asing.

Dan jika sepanjang mata memandang di tengah laut, tampak berseliweran kapal-kapal nelayan modern itu, apakah mereka masih akan dilecehkan oleh oknum Polis Diraja Malaysia (PDM) jika berpapasan? Kecil kemungkinan terjadi. Sebab, pada saat itu, otomatis pengamanan laut kita akan tambah kuat dan tangguh. Bagaimana tidak, akan susah mendapatkan celah untuk mencuri ikan lagi dari lautan nusantara.

Dari sisi keamanan laut, kehadiran sejuta kapal tangkap ikan modern, pasti akan membantu kekuatan TNI Angkatan Laut kita. Sebab, kehadiran mereka secara tidak langsung juga ikut mengamankan kedaulatan negara. Bahkan, dengan kehadiran sejuta kapal laut modern itu, akan mengangkat bargaining position para nelayan kita di mata dunia. Pertanyaannya, apakah pengadaan sejuta kapal nelayan modern ini hanya omong kosong atau mimpi di siang bolong belaka?

Sebetulnya tidak terlalu susah, jika pemerintah baru nanti serius merealisasikan janji politiknya, membangun ton laut. Tidak perlu pemerintah mengalokasikan anggaran besar untuk merealisasikan kehadiran sejuta kapal nelayan modern itu. Cukup dorongan berupa kebijakan serius di bidang fiskal dan ekonomi.

Jika selama ini, perbankan nasional kita begitu mudah mengucurkan dana miliaran bahkan ratusan miliar rupiah untuk kredit property dan kredit komsumtif. Maka, sudah saatnya pemerintah mendorong kalangan perbankan mengalihkan perhatiannya ke bisnis maritime. Dorongan pemerintah kepada perbankan nasional untuk mengucurkan dana kredit kepemilikan kapal tangkap ikan modern itulah sesungguhnya yang dibutuhkan rakyat saat ini. Jika untuk membiayai pembelian 1 unit mobil mewah atau 1 unit apartemen, bank mau mengucurkan dana diatas Rp 1 miliar, mengapa untuk membeli kapal tangkap ikan modern sekitar Rp2 hingga 4 miliar tidak mau?

Padahal, kalau dikalkulasi sederhana. Uang Rp1 miliar yang dikucurkan bank untuk beli mobil mewah, tidak berdampak sama sekali terhadap masyarakat. Malah menambah kemacetan jalanan kota-kota besar saja. Paling-paling mobil mewah itu hanya menyerap 1 atau 2 orang tenaga kerja sopir. Itu pun kalau pakai sopir, kalau disopiri sendiri?

Tapi, jika uang Rp2 - 4 miliar itu dikucurkan bank untuk membeli kapal tangkap ikan modern. Maka, akan terserap minimal 15 orang tenaga kerja. Itu berarti ada 60 orang yang terselamatkan hidupnya. Dengan asumsi 1 orang anak bukan kapal (ABK) memiliki 1 orang istri dan 2 orang anak. Maka, dengan 1 juta kapal tangkap ikan modern, itu berarti bisa menyelamatkan 60 juta orang rakyat Indonesia. Belum lagi, dampak ekonomi yang bergerak akibat hasil tangkapan ikan itu. Potensi minimalnya, menyelamatkan Rp 100 triliun hasil laut yang dicuri kapal-kapal ikan asing.

Sekali lagi, menghadirkan sejuta kapal tangkap ikan modern bukanlah mimpi di siang bolong. Sudah pasti, bukan hanya kapal yang harus kita siapkan. Tapi mental dan jiwa bahari anak bangsa ini pun juga harus disiapkan. Nelayan kita saat ini, sekali lagi, saat ini, belum setangguh nelayan dari Thailand atau Vietnam. Mereka bisa tahan berada di laut hingga berbulan-bulan. Tapi setidaknya, jika semua sarana kapal sudah modern, bukan tidak  mungkin nelayan kita juga akan setangguh mereka. Percayalah!

Saibansah Dardani, Redaktur Senior BATAMTODAY.COM dan Sekretaris PWI Kepri