Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perubahan Ikllim Mengancam Kesehatan Manusia
Oleh : Redaksi
Sabtu | 30-08-2014 | 16:17 WIB
climate change global effect.jpg Honda-Batam
Ilustrasi dari seorang seniman tentang dampak perubahan iklim dunia. (Gambar: net)

BATAMTODAY.COM - BADAN kesehatan dunia (WHO) memperingatkan, perubahan iklim bisa memberi dampak bagi kesehatan. Suhu tinggi, udara terpolusi, penyebaran penyakit yang bisa sebabkan infeksi. Semua itu juga dampak perubahan iklim.

"Bukti-buktinya meresahkan. Perubahan iklim membahayakan kesehatan manusia", kata Margaret Chan, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam konferensi pertama tentang iklim dan kesehatan.

Bahwa kedua hal itu sangat berkaitan, tidak diragukan oleh lebih 300 peserta konferensi.

Salah satu masalah besar adalah gelombang panas dan semakin tingginya suhu. Empat sampai tujuh derajat hingga tahun 2100, demikian perkiraan yang dinyatakan lewat laporan iklim bumi dari Maret tahun ini.

"Kita tahu, bahwa gelombang panas bisa menyebabkan kematian ribuan orang, bahkan puluhan ribu," kata Diarmid Campbell-Lendrum, pemimpin tim peneliti perubahanan iklim dan kesehatan pada WHO. "Gelombang panas yang mencapai rekor, yang terjadi tahun 2003 di Eropa, menyebabkan meninggalnya sekitar 70.000 orang lebih banyak daripada yang biasanya terjadi pada musim ini."

Sebuah proyek yang saat ini sedang berjalan menganalisa risiko perubahan iklim di seluruh dunia bagi kesehatan manusia, mulai dari Bhutan hingga Kenya, dari Eropa Tengah sampai Eropa Timur. Suatu hal yang bisa jadi awal penyelesaian masalah adalah: instalasi yang memberikan peringatan. Sistem ini harus memberikan informasi bagi manusia, jika suhu di luar terlalu tinggi untuk kesehatan tubuh.

Yang paling buruk adalah jika di beberapa bagian dunia suhu jadi begitu tinggi sehingga orang tidak mungkin lagi tinggal di sana. Dalam hal itu, tindakan cepat tidak cukup lagi, melainkan tindakan yang paling cepatlah yang diperlukan. Demikian peringatan WHO.

Pemanasan bumi dan gelombang panas yang semakin sering terjadi juga menyebabkan penyakit infeksi semakin mudah meluas ke utara. "Salah satu penyakit infeksi yang paling berbahaya di seluruh dunia adalah Malaria. Akibat penyakit ini, tiap tahunnya sekitar 600.000 orang meninggal.

Demikian halnya dengan penyakit diare. Akibat diare saja, sekitar 600.000 anak meninggal dunia", kata Campbell-Lendrum.

"Suhu tinggi menyebabkan semakin mudahnya penyakit infeksi menyebar." Dulu, penyakit-penyakit ini sebagian ditemukan di negara-negara tropis, sekarang jenis penyakit ini juga bisa ditemukan di Eropa.

Menurut keterangan WHO, setiap tahunnya lebih dari tujuh juta orang meninggal akibat dampak polusi udara yang disebabkan penggunaan minyak bumi atau batu bara sebagai bahan bakar. "Kalau kami berhasil menggunakan energi yang lebih bersih dan sistem transportasi yang berkelanjutan, maka kami bisa mengurangi dampaknya atas iklim global, dan sekarangpun kami bisa menyelamatkan nyawa manusia." Hal itu diyakini Campbell-Lendrum.

"Salah satu dari delapan kasus kematian di dunia berkaitan dengan polusi udara," jelas Campbell-Lendrum.

Ia menambahkan, oleh sebab itu harus ada energi yang ramah lingkungan, juga di negara-negara dan wilayah miskin dunia. Perubahan iklim dan kesehatan adalah masalah banyak negara.

Tujuan konferensi adalah menyakinkan negara-negara dan kelompok masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi dampak suhu tinggi, perubahan cuaca ekstrim dan penyakit infeksi.

Hal sama juga berlaku dalam masalah penyediaan makanan di seluruh dunia. Dunia semakin menghangat, semakin banyak penduduknya, permintaan akan bahan pangan, air dan energi tambah banyak, kata Christiana Figueres, Kepala United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).  Jika cepat bertindak, sekarang pun nyawa manusia sudah bisa diselamatkan.

Konferensi WHO tentang perubahan iklim dan kesehatan berniat membangkitkan kesadaran pemerintah banyak negara dan pihak berwenang akan kaitan erat antara perubahan iklim dan kesehatan. Mereka juga ingin banyak negara mengambil tindakan.

"Dalam banyak diskusi selama ini, terutama disoroti dampak perubahan iklim atas lapisan es dan beruang es," kata Campbell-Lendrum, sambil menekankan, "Akibat perubahan iklim yang paling terancam adalah manusia." (*)

Sumber: Deutsche Welle