Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rumah Masa Kecil Johnny Cash Dijadikan Obyek Wisata
Oleh : Redaksi
Kamis | 21-08-2014 | 08:56 WIB
johnny_cash_boyhood_home_360.jpg Honda-Batam
Rumah masa kecil Johnny Cash di Dyess, AS. (Foto: arkansas.com/Rolling Stone) 

BATAMTODAY.COM - Rumah kediaman Johnny Cash di usia kanak-kanaknya yang berlokasi di Dyess, Amerika Serikat kini telah dibuka untuk publik, sebagai bagian dari langkah pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dari kawasan kota tersebut.

Johnny mulai menempati rumah tersebut sejak tahun 1935 saat umurnya menginjak 3 tahun. Kini, rumah dari kayu itu -- yang telah direnovasi secukupnya oleh sanak saudara Johnny --, masih memiliki lima kamar, dimana pengunjung akan mampu melihat piano dan beberapa barang serta perkakas lain yang masih tertinggal sejak periode tersebut. 

"Semua yang ada di sana adalah semua yang kami miliki saat itu," ujar Joanne Cash, sepupu Johnny, pada New York Times. “Butuh kerja keras untuk menyusunnya kembali, dan itu sangat mengharukan bagi saya.”

"Kami dulu akan mengerumuni piano itu di setiap malam dan menyanyikan lagu gospel selama satu jam. Itulah hiburan kami," lanjutnya.

Sementara anak perempuan Johnny, Rosanne Cash, menukaskan pada Associated Press  bahwa tindak komersialisasi rumah itu ditujukan untuk memacu tingkat ekonomi dari kota Dyess, yang terseok-seok dalam beberapa tahun terakhir. Diharapkan rumah itu dapat mengundang sekitar 20 ribu pengunjung per tahunnya.

"Kami telah kehilangan banyak tempat-tempat bersejarah lainnya akibat kekurangan dana atau pembiaran," paparnya. "Di kota ini hanya tinggal 35 rumah yang bertahan, dan milik Ayah saya ini adalah salah satunya."

Kawasan Dyess sendiri mulanya merupakan sebuah eksperimen dari presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin Roosevelt, dalam programnya untuk menyokong kondisi ekonomi yang jeblok pasca Perang Dunia kedua. 

Pada periode itu, setidaknya terdapat sekitar 500 kepala keluarga yang mendiami kawasan tersebut usai disediakan masing-masing sebuah rumah sederhana, dan lahan pertanian untuk menyambung hidup mereka.

Sumber: Rolling Stone