Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemilik Mengaku Sering Bungkam Media dengan 'Jatah Bulanan'

Gudang di Batuaji Ini Timbun Solar Bersubsidi
Oleh : Gokli Nainggolan
Jum'at | 08-08-2014 | 17:27 WIB
gudang penimbun solar di batuaji.jpg Honda-Batam
Sebuah mobil Mitsubishi Storm warna merah terlihat keluar dari gudang penimbunan solar bersubsidi di Batuaji. (Foto: Gokli Nainggolan/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Batam - AS-Scrap yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Batuaji, dikenal sebagai gudang penampungan besi tua. Namun, gudang penampungan besi tua itu diduga hanya kedok belaka, karena yang terdapat di dalam gudang tersebut bukan besi tua, tapi malah bunker penampungan solar bersubsidi yang diselewengakan mobil pelangsir dari sejumlah SPBU di Kota Batam.

Terletak di tepi jalan, gudang penimbunan solar bersubsidi itu sekilas seperti tak ada aktivitas karena ditutupi pepohonan yang rindang. Namun, mobil-mobil pelangsir solar yang kerap antre panjang di sejumlah SPBU daerah Batuaji dan Sagulung, hilir mudik ke gudang tersebut.

Tak hanya itu, beberapa pengendara motor juga kerap terlihat masuk ke lokasi gudang. Diketahui, sebagian besar dari mereka merupakan pencari berita yang berharap 'bagian' dari aktivitas ilegal itu.

Pada Kamis (7/8/2014) sore, sejumlah pewarta mendatangi lokasi gudang tersebut. Oleh pemilik, seorang pria yang diperkirakan berumur 50-an tahun, mengatakan dirinya sudah memberikan 'jatah' kepada setiap media yang ada di Batam. Disebutnya jika 'jatah' kepada setiap media itu sudah berjalan sekitar satu tahun lebih, sehingga pemilik gudang itu meyakini, aktivitas penimbunan solar yang dilakoninya tak akan pernah diberitakan.

"Kita selalu 'welcome', kok, dan ladeni semua media. Lagian sudah kita kasih langsung kepada atasannya, jadi kalian ini tak bisa buat apa-apa lagi," kata pemilik gudang yang namanya tak disebutkan.

Dikatakannya, jatah yang diberikan kepada sebagian media sekitar Rp20 ribu per bulan, dan sebagian lagi sekitar Rp200 ribu per bulannya. "Segitu dulu yang bisa kami kasih. Kalau ada peningkatan nanti ditambah lagi," ujarnya.

Masih pengakuan pemilik gudang itu, sejak Lebaran sampai kemarin, solar yang mereka timbun belum bisa mencapai 10 ton. Sementara harga beli dari tiap pelangsir sudah mencapai Rp7.900 per liter, dan dijual ke penampung besar atau industri seharga Rp8.000 per liter.

"Kami untung cuman Rp1.000 per liter, itulah yang dibagi-bagi. Kalau tak senang, biar kita tutup aja sekalian," ujar pria paruh baya itu ketus.

"Bagus tutup ajalah, bang. Lebih bagus lagi itu,"celetuk salah seorang wartawan, setelah mendengar penjelasan pemilik gudang.

Tak berselang lama, satu unit mobil Mitsubishi Storm warnah merah yang di dalamnya terdapat tanki modifikasi -diperkirakan berukuran tiga ton, masuk ke dalam gudang. Karyawan bunker itu pun terlihat sibuk menyedot solar dari tanki mobil itu ke dalam bunker yang ditutupi dengan seng.

"Jangan tersinggung yah, kalau belum dapat datang lagi besok. Tapi jangan ramai-ramai kayak mau demo," ujar pemilik gudang itu sembari bergegas meninggalkan wartawan. (*)

Editor: Roelan