Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pasar Smartphone Lesu, Laba Samsung Melorot
Oleh : Redaksi
Rabu | 09-07-2014 | 14:42 WIB

BATAMTODAY.COM - SAMSUNG Electronics memperkirakan penurunan laba sebesar 25 persen pada kuartal kedua akibat kelesuan pasar smartphone dan penguatan kurs mata uang Korea Selatan, won. Selama periode April-Juni lalu, Samsung mencetak laba operasi sebanyak 7,2 triliun won (Rp83,1 triliun).

Jumlah tersebut merosot jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sebesar 9,5 triliun won (Rp109,7 triliun). Perusahaan asal Korea Selatan itu menyatakan telah mengalami dampak kelesuan pasar telepon seluler pintar dan peningkatan kompetisi pada pasar ponsel di Cina dan Eropa.

Pada saat bersamaan, penguatan kurs mata uang Korsel juga mempengaruhi pendapatan Samsung. Sebab ketika mata uang asing yang diperoleh dari ekspor ditukar ke mata uang Korsel, nilainya menjadi turun.

Mata uang won menguat lebih dari 11 persen terhadap dollar Amerika Serikat dan nyaris 7 persen terhadap euro antara Juli 2013 dan akhir Juni 2014.

Pertumbuhan pendapatan Samsung beberapa tahun terakhir praktis dimotori oleh divisi ponsel.
Kesuksesan produk-produk ponsel seri Galaxy, ditambah dengan peningkatan permintaan ponsel pintar di pasar global, membuat Samsung menggeser Nokia sebagai penyandang status pembuat ponsel terbesar di dunia pada 2012.

Akan tetapi, laju pertumbuhan pasar ponsel pintar telah menurun. Kompetisi di sektor tersebut pun meningkat. Akibatnya, pembuat ponsel harus memangkas ongkos produksi guna menarik konsumen.

"Era keemasan ponsel pintar high-end jelas sudah berakhir. Padahal, peranti semacam itu yang membuat perusahaan seperti Samsung dapat mencetak laba besar," kata Ajay Sunder, wakil direktur lembaga konsultan Frost & Sullivan yang fokus pada sektor telekomunikasi.

Kepada BBC, Sunder mengatakan pasar ponsel kini diwarnai persaingan ketat pada peranti low-end. "Pada ranah itu, kompetisinya semakin ketat setiap hari."

Perusahaan-perusahaan Cina, seperti Xiaomi, Huawei, dan ZTE, menurut Sunder, kini mampu memberikan perlawanan sengit. Dengan dilatarbelakangi faktor-faktor tersebut, Sunder menyarankan Samsung menguatkan eksistensi di bidang-bidang lain jika ingin mempertahankan pertumbuhan laba tinggi.

"Ketergantungan pada divisi telepon seluler harus diakhiri," tutupnya. (*)

Sumber: BBC