Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Komunitas Musisi Etnik Tradisional Tuntut Presiden Terpilih Tetapkan Hari Musik pada 29 Juni
Oleh : Surya
Senin | 30-06-2014 | 08:35 WIB
Suasana-Sanggar.jpg Honda-Batam
Komunitas Musisi Etnik Tradisional

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Komunitas Musisi Etnik Tradisional menggelar peringatan Hari Musik Indonesia (HMI) pada Minggu (29/6) dengan merealisasikan pendirian Museum Musik di Kompleks Arco Sawangan Bogor bertempat di area Komunitas Musik Etnik Uyung Mahagenta.

Peringatan HMI pada 29 Juni ini, merupakan peringatan hari musik nasional tandingan yang jatuh pada 9 Maret lalu, karena dianggap tidak mengakomodasi aspirasi musisi musik etnik tradisional.  

Ide gagasan pendirian museum dan peringatan hari musik tandingan  pertama kali pernah diprakarsai oleh Didied Mahaswara sbg Ketua Lembaga Musik Indonesia di Yogyakarta pada 1983, yang juga Direktur Eksekutif The Presiden Center.

"Hal ini dilakukan dengan tujuan agar musik-musik etnik  tradisional nusantara dengan para musisinya dan pemproduksi alat musik tradisi selalu  berkembang dan dilestarikan  dari adanya serbuan  dahsyat  masuknya musik Pop dan musik Rock  dari mancanegara," kata Didied Maheswara di Jakarta, Minggu (29/6/2014).

Didied mengatakan, pada 1985 pendirian Museum Musik pernah  disetujui oleh Alm Sampoerno selaku General Manager (GM) Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk didirikan di area TMII, namun hingga belum terelasasi karena terbentur pendanaan.

Beberapa tokoh yang memprakarsai adanya Hari  Musik pasca paska 1990 adalah mantan Presiden Habibie dan Benny Panjaitan PANBERS yang diungkapkan  melalui Penetapan Hari Musik dan Museum Musik  yg diselenggarakan oleh Mayusni Talau selaku Pemimpin Redaksi Tabloid VISUAL di Pesta ERAU Kutai Kartanegara pada 2002  yang ingin merealisasikan terwujudnya gagasan tersebut.

Langkah ini kemudian dilanjutkan oleh pantia Hari Musik dan Museum Musik pada 2002 lalu, antara lain Raden Asnul Syarief, Mayusni, Benny Panbers dan Didied Mahaswara yg saat ini aktif sbg  Direktur eksekutif The President Center sebuah Lembaga Independen Pusat Kajian dan Studi Kepemimpinan Bangsa disertai  bbrp musisi lainnya. 

Lalu, pada tahun yang sama dilanjutkan dengan seminar di Hotel Ambhara Jakarta untuk segera merealisasi Museum dan Hari Musik tersebut. Acara tersebut dihadiri musisi Is Haryanto dan Benny Panjaitan, Rinto Harahap Ketum KCI (Karya Cipta Indonesia),  A Rafiq dari PAMMI (musik Melayu), Rumaneur (musisi Dangdut) Didied Mahaswara Ketum LMI (musik etnik tradisional), Sadikin Zuhro Ketum DPD PAPPRI (Persatuan Artis Pencipta Musik),  Dimas Wahab Ketum ASIRI dan komunitas-komunitas musik lainnya. 

Acara tersebut ketika itu juga dihadiri  Direktur Kesenian Surya Yuga mewakili Menteri Pariwisata Gede Ardhika, yang telah menyatakan dukungannya telah mendukung adanya peringatan Hari Musik dan pendirian Museum Musik. Gagasan peringatan Hari Musik dan pendirian Museum Musik ini juga mendapatkan dukungan dari kementerian kehakiman dan mantan Ketua DPR Akbar Tanjung.

Sebagai Keynote Speaker seminar tersebut, Didied Mahaswara saat itu m enyarankan agar dibuat kesepakatan dengan para  musisi  secara nasional baik pop, rock, dangdut dan tardisional. Sebab dari  hasil survei yang dilakukan, para  musisi  belum sepakat bila Hari i Musik diputuskan pada 9 Maret  yang merupakan hari kelahiran WR Supratman, Pahlawan Nasional yang menciptakan Lagu Indonesia Raya.

"Para musisi menilai  agar tidak terjadi kultus individu dan kurang nyaman karena musik adalah universal. Banyak saran dari para musisi tradisional, non tradisional dan kontemporer agar Hari Musik diambil dari peristiwa alam atau momentum peristiwa bersejarah," katanya.

Namun, sebelum terjadi kesepakatan kelompok PAPPRI justru mengajukan Hari Musik ke Presiden Megawati dan sempat dilakukan ramah tamah di Istana tanpa mengajak Panitia Hari Musik dan Museum Musik langsung menetapkan 9 Maret sebagai Hari Musik Indonesia.  

"Panitia melakukan somasi ke Presiden Magawat, hasilnya Keppres Hari Musik tidak diterbitkan. Tapi sangat disayangkan ketika Presiden SBY berkuasa, Keppres Hari Musik justru diterbitkan.  Atas dasar itu, para musisi etnik tradisional tidak mengakui peringatan Hari Musik pada 9 Maret," katanya.

Para musisi etnik tradisional, lanjutnya, lebih memilih memperingati HMI pada 29 Juni  yang merupakan  momentum sejarah kemerdekaan Indonesia yang ditandai kembalinya Yogyakarta dan pasukan Belanda mundur, serta Indonesia diakui sebagai negara merdeka oleh PBB. 

Hari Musik 29 Juni adalah sebagai rujukan agar Presiden terpilih dapat menentukan  Hari musik yg tepat karena ada dua hari musik. Peringatan Hari Musik pada 29 Juni diperingati secara sederhana, namun tetap berkualitas dari pada hanya seremonial seperti peringatan Hari Musik pada 9 Maret dengan membuang dana secara sia-sia tanpa adanya karya monumental.

Editor : Surya