Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Prabowo Menyalip Jokowi, Rupiah Kian Melemah
Oleh : Redaksi
Kamis | 26-06-2014 | 13:48 WIB
ilustrasi rupiah melemah.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - RUPIAH anjlok ke level terendah dalam empat bulan terakhir. Dalam perdagangan kemarin, rupiah tercatat diperdagangkan pada Rp12.135 terhadap dolar Amerika Serikat.

Menurut Bank Indonesia, depresiasi itu adalah akibat dari keputusan pemerintah untuk menurunkan nilai rupiah sementara guna mendongkrak ekspor. Namun demikian, hasil terbaru survei pemilu presiden memainkan peran.

Calon Presiden, Prabowo Subianto, kini mempersempit jarak dengan Joko Widodo atau Jokowi. Tidak menutup kemungkinan, pensiunan jenderal itu akan mengungguli Jokowi.

Survei PolComm yang dirilis kemarin menunjukkan bahwa marjin kemenangan Jokowi menyusut hingga menjadi 3,1 persen. Sekitar 10,3 persen pemilih masih berada dalam kategori massa mengambang. Pada awal tahun, suara Jokowi dalam survei unggul atas Prabowo sebesar 20 persen.

Di Indonesia, uniknya, sejumlah hasil survei tidak dilepas untuk amatan publik karena ditakutkan pemilih Jokowi berpaling kepada Prabowo. Seperti laporan Sydney Morning Herald berikut.

Sejumlah sumber yang dihubungi oleh Fairfax Media telah membenarkan bahwa tiga lembaga survei telah mengukur selisih persentase. Hasilnya, entah survei masuk dalam cakupan marjin kesalahan, atau Prabowo unggul.

Kemenangan Prabowo kemungkinan akan memicu penarikan dana asing dan menekan rupiah. Bank Indonesia akan menoleransi hal tersebut, demikian Nomura Securities dalam pernyataannya.

Meningkatnya ketidakpastian politik juga memperbesar risiko penarikan modal asing terutama menimbang besarnya akumulasi obligasi asing dan posisi ekuitas sejak akhir 2013. Kami mencatat bahwa para investor asing telah menanamkan sekitar $3,8 miliar pada saham domestik serta $7,5 miliar pada obligasi pemerintah daerah sejak awal 2014.

Terdapat risiko bahwa Bank Indonesia dapat memperluas intervensi demi menahan depresiasi rupiah lebih dalam. Namun, menyusul rendahnya rasio kecukupan cadangan devisa, kami rasa BI kemungkinan mengambil pendekatan relatif ringan demi menghindari depresiasi rupiah.

Hal tersebut sejalan dengan komentar dari para pejabat BI bahwa bank sentral tidak bermasalah dengan pelemahan rupiah baru-baru ini. Pasalnya, kondisi tersebut menopang daya saing ekspor sementara pada saat yang sama mengekang permintaan impor.
(*)

Sumber: The Wall Street Journal